Apa Itu Trigeminal Neuralgia?


Pernah merasakan nyeri menusuk di wajah? Kondisi langka ini dikenal dengan istilah trigeminal neuralgia.

Di usia 23, Daniella, yang baru lulus studi keperawatan di Inggris, mendadak diserang nyeri hebat di wajah.

Awalnya, Daniella menduga dia menderita sakit gigi. Namun, setelah gigi bungsunya dicabut, nyeri malah kian menjadi. Setiap mencoba makan atau minum, sengatan listrik "menusuk" wajahnya.

Saat bercakap-cakap dengan teman, nyeri juga bisa tiba-tiba menyerang, membuat Daniella harus menghentikan aktivitas. Lama kelamaan, dia semakin sulit bicara, mencuci wajah, atau makan, karena serangan nyeri bisa datang sampai 50 kali sehari!

Setelah dokter memastikan Daniella dengan kondisi langka namun berbahaya bernama trigeminal neuralgia, mereka mengobati gadis itu dengan stimulator tulang belakang. Kini, Daniella mengalami serangan jantung jauh lebih sedikit dan bisa kembali beraktivitas.

Menurut mereka yang pernah mengalami, nyeri akibat trigeminal neuralgia kerap diibaratkan sengatan listrik.

Saat mengalami kondisi ini, stimulasi kecil sekalipun di wajah - dari sentuhan, tersenyum, menyikat gigi, atau memulas make up - dapat memicu rasa sakit yang luar biasa. Kendati tidak berlangsung lama, namun cukup membuat tak berdaya.

Tak heran jika risiko depresi cukup besar pada penderita trigeminal neuralgia, nyeri kronis (lebih dari tiga bulan) yang bersumber dari gangguan pada saraf trigeminal di bagian wajah.

Apa saja gejalanya?

Menurut Dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS, dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, Jakarta Selatan, gejala awal trigeminal neuralgia yang sering terjadi di antaranya nyeri wajah yang terjadi secara spontan dan dalam waktu singkat.

"Lama kelamaan bisa berkembang lebih berat, dari sisi nyeri maupun waktu serta intensitas. Lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun," papar Dr. Mahdian.

Pakar nyeri ini menjelaskan lebih detail tanda yang sering muncul pada pasien dengan trigeminal neuralgia, yakni nyeri ringan hingga berat. Umumnya nyeri datang secara tiba-tiba dan berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit.

Pada kondisi berat, nyeri bisa datang hingga berbulan-bulan, dan ini tentu menimbulkan ketidaknyamanan bagi penderitanya.

Rasa sakit tersebut umumnya menjalar di daerah wajah yang dilalui saraf trigeminal, di antaranya pipi, rahang, gigi, gusi, dan bibir. Kadang, nyeri dapat juga terjadi di sekitar mata dan dahi.

Biasanya, nyeri terfokus pada satu titik. Namun, tidak tertutup kemungkinan nyeri menyebar dan membentuk pola lebih luas di wajah. Lebih sering, nyeri muncul dari waktu ke waktu dengan derajat yang semakin berat.

Sejumlah tenaga kesehatan menjuluki trigeminal neuralgia dengan sebutan doulourex, terutama ketika terjadi gangguan pada saraf trigeminal di wajah pasien.

"Nyeri terjadi ketika ada kontak antara pembuluh darah arteri atau vena dengan saraf trigeminal. Kontak inilah yang kemudian menekan saraf dan menyebabkan gangguan fungsi," jelas Dr. Mahdian.

Trigeminal neuralgia dapat terjadi akibat proses penuaan atau dikaitkan dengan sklerosis ganda (multiplesclerosis) atau penyakit sejenis yang menyebabkan kerusakan selubung mielin yang berfungsi melindungi saraf.

Pemaparan lebih jauh mengenai penyebab trigeminal neuralgia diberikan oleh Dr. Heri Aminuddin, Sp.BS(K), dari Brain and Spine, Bunda Neuro Center, Jakarta.

Menurut Dr. Heri, trigeminal neuralgia dapat terjadi akibat penekanan tumor di saraf trigeminal. Tidak tertutup pula kemungkinan bahwa trigeminal neuralgia dipicu lesi di otak atau beberapa kondisi kesehatan yang meliputi luka bedah dan stroke.

Karena itu, sejumlah pemeriksaan akan dilakukan dokter untuk memastikan diagnosis trigeminal neuralgia. Di antaranya adalah pemeriksaan neurologis dengan menyentuh bagian wajah pasien untuk memastikan lokasi asal rasa sakit.

"Ada kemungkinan cabang-cabang saraf trigeminal juga mengalami nyeri. Untuk itu, tes refleks dapat membantu dokter menentukan apakah terjadi penekanan pada saraf atau kondisi lain," tandas Dr. Heri.

Jika dibutuhkan, dokter mungkin akan merekomendasi pasien untuk menjalani pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya sklerosis multipel atau tumor yang menyebabkan trigeminal neuralgia. Pada beberapa kasus, dokter mungkin menyuntikkan zat pewarna ke dalam pembuluh darah untuk dapat mengidentifikasi aliran vena atau arteri (magnetic resonance angiogram).

Kedua pakar ini mengungkapkan bahwa dengan perkembangan teknologi kedokteran saat ini, pasien trigeminal neuralgia memiliki sejumlah pilihan terapi yang dapat membebaskan mereka dari rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Apa saja itu? Ada terapi obat-obatan, suntik, operasi, dan teknologi minimally invasive seperti ablasi radio frekuensi. Terapi dapat dilakukan dengan beberapa pertimbangan, seperti usia serta kondisi usia serta kondisi klinis pasien.

Kapan bedah diperlukan?

"Saat obat-obatan tidak bisa lagi mengendalikan timbulnya nyeri pada pasien trigeminal neuralgia, maka dokter bedah saraf akan menganjurkan pembedahan," jelas Dr. Mahdian.

Pembedahan untuk kondisi ini cukup bervariasi, bisa dari bedah terbuka atau minimally invasive surgery (sayatan minimal), seperti microvascular decompression (dikenal juga sebagai prosedur Jannetta), terapi radiasi Gamma Knife, dan prosedur percutaneous.

Tindakan percutaneous dapat dilakukan tanpa harus rawat inap dan hanya memerlukan anastesi lokal. Efektivitas terapi ini juga cukup baik. Karena itu, dibandingkan tindakan lain, jenis bedah ini paling banyak dipilih.

Meski langka, prevalensi trigeminal neuralgia meningkat seiring pertambahan usia.

"Banyak penderita trigeminal neuralgia tidak mendapatkan diagnosis dan terapi yang tepat. Oleh sebab itu, terapi yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup pasien," pungkas Dr. Mahdian.


Jenis Trigeminal Neuralgia
* Tipe 1 (klasik)
Nyeri umumnya terjadi secara spontan dengan durasi episodik.
* Tipe 2 (atipikal)
Nyeri datang secara spontan dengan durasi nyeri konstan atau terus menerus.
* Tipe 3 (injury)
Terjadi karena trauma atau bekas operasi sinus.


Stimulasi Listrik Bagi Nyeri Kronik

Nyeri kronis, yakni nyeri yang berlangsung lebih dari 3-6 bulan, merupakan penyebab disabilitas terbesar di dunia. Namun, hingga saat ini masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan nyeri kronis, apalagi penyebab utamanya juga belum jelas.

Kini, harapan datang dari studi yang dilaporkan oleh Journal of Medicine. Tim ilmuwan dari University of North Carolina School of Medicine mencoba memanfaatkan stimulasi listrik bernama transcranial alternating current stimulation (tACS) untuk meningkatkan oskilasi alpha, jenis gelombang otak paling umum di korteks somatosensorik.

Tim ilmuwan menduga di dalam otak pasien dengan nyeri kronis, oskilasi alpha mengalami gangguan, dan gelombang yang lemah dikaitkan dengan nyeri yang besar. Karena itu, mereka ingin tahu jika modifikasi terhadap gelombang otak ini dapat meredakan nyeri.

Mereka bereksperimen dengan tACS - aplikasi eksternal untuk arus listrik oskilasi yang dapat memengaruhi aktivitas gelombang otak. Dalam studi ini, 20 pasien yang memiliki nyeri kronis di punggung bawah menjalani dua sesi tACS, masing-masing 40 menit.

Secara mengejutkan, seluruh partisipan melaporkan pengurangan signifikan dalam nyeri setelah menjalani terapi stimulasi listrik. Bahkan, beberapa dari mereka tak lagi mengalami nyeri.

Nah, jika tim peneliti dapat menentukan area otak spesifik yang bisa dibidik dengan stimulasi tersebut, terapi ini berpotensi mengobati penderitaan mereka yang memiliki nyeri kronis dan trigeminal neuralgia.

Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman

Komunitas IndoRunners Membawa Virus Lari ke Masyarakat

Mengenal Buah Badam/Almond

Mengenal Sindrom Kaki Gelisah yang dapat Merusak Kualitas Istirahat Anda