Ssst... Gaji Istriku Lebih Besar

Seiring kian banyak perempuan yang berkarier dan lebih sukses dari pasangan mereka, timbul pergeseran peran dalam rumah tangga. Ketika istri lebih mendominasi, haruskah suami rendah diri?

Dalam 38 persen pernikahan di Amerika, para istri memiliki pendapatan lebih besar dari suami. Dampaknya, terjadilah pergeseran peran dalam rumah tangga.

Kini, tak asing melihat sang suami yang tinggal di rumah untuk mengurus anak sembari bekerja paruh waktu, sementara istri berangkat ke kantor dan menjadi breadwinner alias pencari nafkah utama bagi keluarga.

Meski studi yang sama belum ada di Indonesia, kita bisa melihat bahwa fenomena serupa mulai terjadi di sini. Peran tradisional - suami mencari nafkah - kini telah bergeser. Jika tidak siap, tentu ini bisa berdampak pada relasi suami dan istri.

"Adanya dominasi finansial istri dipengaruhi angka perempuan bekerja yang semakin besar, sehingga berimbas pada pembagian peran di dalam keluarga," jelas Ariana Novadian, S.Psi, Psikolog, dari Mandiri Consulting, Jakarta Barat.

Besarnya pendapatan para istri saat ini berkaitan dengan angka prestasi kerja perempuan yang semakin tinggi. Bahkan, pada beberapa kasus di mana pendapatan istri lebih baik dari suami, diputuskan istrilah yang bekerja, dan suami yang mengurus rumah tangga.

"Kondisi ini sah-sah saja selama keduanya terus memelihara fondasi perkawinan dan masing-masing menyadari peran utamanya," jelas Ariana.

"Namun, masalah bisa timbul saat istri menjadi terlalu dominan." Akibatnya, yang terjadi bukan saling membantu atau melengkapi, melainkan justru saling menyakiti dan merasa tidak bahagia. Jika tidak segera disikapi, permasalahan ini bisa berujung pada perceraian.

Penjelasan serupa disampaikan oleh Indriyani Virginia, M.Psi., Psikolog, associate psikolog dari Ramaniya Consulting.

"Dominasi istri bisa jadi karena ada faktor aksi dan reaksi dari suami. Misalnya, sering kali istri harus mengambil keputusan sendiri karena suami terlalu merespons atau hanya bilang 'terserah'", papar Indri.

Atau, sikap suami yang tidak ingin cari ribut sehingga masalah yang mengganjal, termasuk mengenai perbedaan pendapatan dan pembagian peran dalam keluarga, tidak segera dibicarakan. Kondisi ini membuat istri tidak menyadari bahwa sikapnya tidak berkenan bagi suami. Lama-kelamaan, kondisi ini membentuk pola dominan pada sang istri.

"Jika istri sudah terlalu dominan, maka ia akan cenderung lebih agresif mengejar karier. Suami semakin tidak berdaya dan rendah diri, dan ujung-ujungnya mencari orang lain yang bisa melihat dia sebagai sosok yang berwibawa dan menerimanya apa adanya," tukas Indri.

Ini tentu akan berimbas pada anak-anak. Saat istri dan suami mulai terlibat konflik, urusan anak bisa terbengkalai dan mereka merasakan trauma. Anak juga menyaksikan bahwa ayahnya tidak punya peran yang berarti di rumah, sehingga bisa jadi dia kelak menirukan hal yang sama.

Indri mengingatkan para suami dan istri yang mengalami hal ini untuk kembali memahami peran masing-masing. Sejatinya, relasi ideal suami istri akan terwujud manakala keduanya memahami peran masing-masing dan saling mengisi.

Hal senada disampaikan Ariana. Menurutnya, sebuah relasi dikatakan ideal jika kedua pihak merasa bahagia dalam perkawinan, di mana terdapat trust-respect-commitment, kesamaan nilai, dan kedekatan emosional.

"Peran utama suami-istri bisa diibaratkan pilot dan navigator. Tidak terpisahkan, saling bekerja sama dan melengkapi," tegas Ariana. "Begitu pula dalam berkeluarga. Ada peran domestik, pengasuhan, finansial, eksistensi diri, serta sosial atau bermasyarakat."

"Karena pengaruh budaya patrilineal pada masyarakat yang masih kuat, peran domestik dan pengasuhan masih menjadi peran seorang istri," papar Ariana. "Namun, sebenarnya hampir semua peran dapat dijalani dengan saling berganti, kecuali urusan hamil, melahirkan, dan menyusui."

Setelah menyadari perbedaan dan persamaan kebutuhan suami-istri, Indri menyarankan untuk membuat aturan yang harus disepakati bersama.

"Kurangi ego masing-masing agar perlahan bisa mencapai titik tengah. Ingat, emansipasi berarti kesetaraan, bukan mendominasi. Kesetaraan bahwa istri punya hak kesehatan, pendidikan, dan kesuksesan karier yang sama dengan suami," pesan Indri.

"Bisa jadi ada skenario yang tidak terlihat, di mana si istri dimudahkan mengejar karier. Suami memberi izin dan keleluasaan untuk bekerja, dan suamilah yang antar anak ke sekolah atau membantu mengerjakan PR saat istri harus berada di kantor," jelas Indri.

Itulah sebabnya, aturan yang harus dipegang adalah apa pun kondisinya, suami tetap kepala keluarga yang menegang peran penting di dalam rumah tangga. Kuncinya? Komunikasi, turunkan ego, dan utamakan anak.

Tak dapat dipungkiri bahwa bila karier dan finansial istri lebih tinggi dari suami, harga diri suami terpengaruh, karena satu hal yang membuat laki-laki percaya diri adalah tugasnya menafkahi keluarga.

Karena itulah, Indri menyarankan agar para suami banyak berinisiatif untuk menghadirkan solusi-solusi dalam rumah tangga. Dengan begitu, dia akan tetap terlihat istimewa di mata istrinya.

"Untuk menambah wawasan, banyaklah membaca dan belajar dari lingkungan pergaulan, belajar dari orang-orang tua atau seniornya yang sukses dalam berumahtangga," Indri berpesan. "Dari sinilah kebanggaan sebagai istri akan muncul, bahwa ia memiliki sosok suami yang bertanggungjawab, penuh inisiatif, serta solusi."

Langkah sederhana lain yang bisa diambil adalah dengan melakukan pekerjaan rumahtangga, seperti mencuci piring setelah makan. Dengan melakukan ini, seorang ayah tetap punya wibawa di mata anak-anaknya.

Atau, ajak anak-anak bermain, bercerita, berdiskusi, dan menjadi teladan dalam melakukan hal-hal baik. Saat di rumah, lakukan aktivitas kecil bersama-sama mereka, seperti memasak dan mencuci mobil.

"Hormatilah suami sebagai kepala rumah tangga. Dengan begitu, anak-anak pun akan hormat pada ayahnya. Untuk para istri, pahamilah bahwa kemajuan kariernya pun sedikit banyak ada andil dari suami," Indri mengingatkan.

"Banyak suami yang mengalah dan memberi kesempatan istrinya maju lebih dulu, baik dalam pendidikan atau karier. Setelah itu, baru giliran suami kuliah lagi. Inilah bentuk relasi ideal, bagaimana istri dan suami saling mengisi, bukan saling mendominasi," pungkas Indri.


Ssst... Gaji Istriku Lebih Besar
Studi terbaru yang dilakukan para peneliti terhadap data Census Bureau di Amerika Serikat menemukan fakta menarik. Ketika istri memiliki penghasilan lebih besar dari suami, maka baik istri maupun suami melaporkan angka yang berbeda dalam laporan pajak. Para suami cenderung melaporkan bahwa penghasilan mereka 2,9 persen lebih besar dari yang sebenarnya, sedangkan para istri melahirkan bahwa penghasilan mereka 1,5 persen lebih rendah dari sesungguhnya. Padahal, dalam 1 dari 4 pernikahan di Amerika Serikat, para istrilah yang kini tercatat menjadi pencari nafkah utama. Kenapa mereka berbohong? Menurut Marta Murray-Close, norma sosial yang masih kuat, bahkan di masyarakat Amerika, membuat pasangan suami-istri mereka harus memenuhi tuntutan peran tradisional.

Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman

Komunitas IndoRunners Membawa Virus Lari ke Masyarakat

Mengenal Buah Badam/Almond

Mengenal Sindrom Kaki Gelisah yang dapat Merusak Kualitas Istirahat Anda