Anda Bisa Mempersenjatai Prajurit Terakota



Kekeringan yang melanda desa Xi'an pada tahun 1974, membuat sekelompok petani berinisiatif untuk menggali sumur air di Xi'an, distrik Lintong, provinsi Shaanxi. Namun saat menggali, tiba-tiba mereka menemukan patung-patung tentara dengan ukuran manusia. Bukan satu atau dua patung saja, melainkan lebih dari 8.000 patung! Penemuan ini kemudian justru membuka kisah kelam berabad-abad lampau.

Seluruh patung mengenakan jirah perang lengkap dengan pedang besinya. Beberapa kuda juga ditemukan berlapis emas, perak, serta tembaga. Temuan-temuan ini tentunya membutuhkan tim forensik handal dan juga perawatan yang luar biasa.

Anda bisa mempersenjatai

Anda mengeluarkan ponsel dari saku atau tas, mengarahkannya ke depan patung prajurit Terakota Cina kuno, dan...abrakadabra, prajurit itu tampil memegang tombak dan busur panah di layar Anda.

Itulah yang terjadi jika Anda mengunjungi Franklin Institute, AS, yang menggelar pameran bertajuk "Terracotta Warriors of the Emperor". Pameran ini memboyong 8.000 prajurit tanah liat yang dibangun Kaisar Qin Shi Huang sekitar 2.200 tahun lalu.

Prajurit Terakota telah lama menjadi daya tarik wisata. Yang istimewa, Franklin Institute memanfaatkan teknologi augmented reality untuk menghadirkan berbagai senjata dan perkakas yang dulu dipegang oleh para prajurit.

Ke mana senjata yang asli? Artefak tersebut hancur dan hilang seiring robohnya dinding tanah dan atap kayu yang menaungi para prajurit Terakota di terowongan bawah tanah.

Karena itulah, sejumlah pakar teknologi bekerja sama dengan kurator untuk merekonstruksi objek-objek seperti pedang dan tombak yang dahulu dipegang oleh para prajurit tersebut. Gambar 3D dari objek-objek tersebut lantas dikembangkan dengan teknik fotogrametri, proses yang didasarkan pada pengambilan ribuan foto.

Teknologi tersebut tersedia bagi para pengunjung museum melalui sebuah aplikasi yang bisa mereka unduh ke ponsel mereka saat mereka memesan tiket atau tiba di museum.

Lantas, pengunjung dapat mengaktivasi gambar digital dari senjata prajurit dengan memegang ponsel mereka di depan "target" 2D yang dipasang di setiap patung. Begitu objek seperti tombak muncul di layar ponsel, pengunjung dapat mengutak-atiknya untuk melihat fitur lain, seperti bentuk dan warna.

Tim pakar teknologi memastikan akurasi sejarah dari setiap gambar dengan berkonsultasi pada staf museum. Dari jenis logam atau kayu yang dipakai untuk bahan senjata, sehingga tampilannya mendekati aslinya.

Menurut Susan Poulton, staf digital utama di Franklin Institute, adopsi teknologi ini menarik para pengunjung, terutama generasi milenial dan anak-anak mereka, untuk menggunakan ponsel untuk memperkaya pengalaman di museum.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman

Komunitas IndoRunners Membawa Virus Lari ke Masyarakat

Mengenal Buah Badam/Almond

Mengapa Berjejaring itu Penting?