Ajaklah Anak Anda ke Dapur


Puasa Ramadhan sudah dijalani umat muslim satu bulan penuh, THR diperoleh, saat kemenangan tiba, saling silaturahmi antar keluarga, kerabat dan handai taulan.

THR Anda digunakan untuk apa saja? Beli baju, makanan, ongkos, atau wisata. Masih ada sisa? Buat saya pengeluaran selama Lebaran persentase terbanyak adalah untuk berwisata, ongkos perjalanan, makanan dan pakaian baru.

Namun ingat, sesudah "lebar" janganlah Anda membalas dendam dengan melahap semua makanan-makanan yang lezat dan nikmat, yang tidak ada nutrisinya, karena itu bisa berakibat kesehatan Anda menjadi terganggu, seperti mencret, berat badan melonjak, dan sebagainya.

Oke, berhubungan dengan makanan dan dapur, jika Anda pintar memasak, pernahkah Anda mengajarkan anak Anda belajar memasak?

Jangan malas mengajak anak ke dapur, karena kepercayaan diri dalam memasak akan memberinya banyak manfaat, ungkap studi terbaru dalam Journal of Nutrition Education and Behavior.

Studi jangka panjang yang bertajuk "Project Eating and Activity in Teens and Young Adults" ini menemukan bahwa mengembangkan keahlian masak saat belia membuat anak lebih sehat saat ia dewasa, mengonsumsi menu yang lebih bernutrisi dan lebih sedikit fast food.

Studi ini dimulai pada 2002-2003, saat partisipan berusia 18-23 tahun. Mereka diminta menilai kemampuan memasak mereka. Lantas, pada 2015-2016, ketika partisipan berusia 30-35 tahun, tim peneliti menganalisis profil nutrisi mereka.

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu mereka jawab antara lain, seberapa sering mereka menyiapkan makanan yang mencakup sayur-sayuran, makan bersama keluarga, dan makan atau memesan dari restoran fast food.

Hasilnya? Partisipan yang menilai diri mereka pandai memasak umumnya memiliki beberapa indikator nutrisi positif saat dewasa, termasuk peluang lebih besar untuk menyiapkan hidangan dari sayur cukup sering dan konsumsi fast food lebih jarang.

Ketika partisipan yang menganggap diri mereka jago masak lantas berkeluarga saat dewasa, maka mereka cenderung lebih sering makan bersama keluarga, lebih jarang memesan fast food, dan memiliki lebih sedikit halangan dalam persiapan memasak.

Sayangnya, saat ini kebiasaan masak di rumah kian merosot, dan semakin jarang diajarkan di sekolah. Karena itulah, Jennifer Utter, PhD, MPH, kepala peneliti dari University of Auckland, New Zealand, mengingatkan agar keluarga, profesional kesehatan dan nutrisi, dan pendidik untuk terus berinvestasi dalam pendidikan memasak.

Ingatlah, keahlian memasak akan membekali anak dengan manfaat jangka panjang saat ia dewasa dan hidup mandiri.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman

Komunitas IndoRunners Membawa Virus Lari ke Masyarakat

Mengenal Buah Badam/Almond

Mengapa Berjejaring itu Penting?