Pernikahan Bahagia, Jantung pun Sehat


Psikolog Ajeng Raviando, M.Psi, mengatakan bahwa pernikahan di dunia nyata tidaklah sesederhana dan sebahagia di cerita dongeng. Menurutnya, suatu pernikahan mesti memiliki pondasi yang kuat agar pernikahan itu selalu harmonis. Untuk itu Ajeng memberikan beberapa tips agar pernikahan berjalan harmonis, di antaranya,

1. Komunikasi efektif

2. Saling percaya yang timbal balik untuk menjaga kelanggengan hubungan suami-isteri

3. Saling menghormati, toleransi, dan mau kompromi

4. Komitmen untuk bersama-sama membangun dan menjaga perkawinan, dalam susah dan senang

Dan,

5. Berprinsip kasih sayang

Lepas dari 5 tips untuk mempertahankan keharmonisan pernikahan di atas, ternyata mempertahankan pernikahan tak hanya baik bagi jiwa, tapi juga raga.

Studi terhadap lebih dari 600 pria di Inggris mengungkap bahwa mereka yang berhasil mempertahankan kelanggengan pernikahan memiliki tingkat kolesterol dan tekanan darah yang lebih sehat dibandingkan mereka yang pernikahannya berantakan.

Dalam studi tersebut, partisipan diminta menilai kualitas pernikahan pada dua tonggak dalam rumah tangga: ketika anak mereka berusia 3 tahun, dan ketika anak mereka usia 9. Pilihan penilaian yang diberikan adalah "baik secara konsisten", "buruk secara konsisten", "semakin baik", atau "semakin buruk".

Kemudian, selama 12 tahun sesudahnya, tim peneliti mengukur kondisi kesehatan partisipan. Mereka menganalisis tekanan darah, denyut jantung istirahat, berat badan, kolesterol, dan gula darah - para faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular.

Hasilnya, seperti dilaporkan dalam Journal of Epidemiology & Community Health, para pria yang memberi penilaian "semakin baik" pada pernikahan mereka memiliki level kolesterol yang juga lebih baik dan berat badan lebih sehat beberapa tahun kemudian.

Sebaliknya, pernikahan yang digambarkan sebagai "semakin buruk" dikaitkan dengan tekanan darah diastolik yang juga memburuk. Para ilmuwan pun menyimpulkan bahwa perubahan dalam kualitas pernikahan tampaknya dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular.

Meski demikian, para peneliti mengingatkan bahwa kesimpulan studi ini masih perlu digali lebih jauh. Para pria yang menjadi partisipan studi juga relatif masih muda, sehingga masih agak dini untuk mengetahui apakah risiko tersebut akan berkembang menjadi penyakit sungguhan.

Yang pasti, tim ilmuwan menyarankan agar pasangan yang relasinya tengah memburuk menjalani konseling pernikahan, karena hal ini tampaknya memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis maupun kesehatan fisik.

Studi sebelumnya pernah menunjukkan bahwa dibandingkan bujangan, pria yang menikah rata-rata memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kardiovaskular.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman

Komunitas IndoRunners Membawa Virus Lari ke Masyarakat

Mengenal Buah Badam/Almond

Mengapa Berjejaring itu Penting?