Kiat-kiat Mengatasi Pola Tidur Anak yang Tidak Teratur

Tak sedikit orangtua yang kewalahan menghadapi pola tidur anak balita mereka yang tidak teratur. Ketahui kiat mengatasinya.

Di saat teman-teman sebayanya sudah asyik bermain, Aleesya masih tertidur pulas.

Ya, bocah berusia empat tahun ini masih terbuai mimpi meski waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tampaknya, ini karena Aleesya terbiasa tidur malam cukup larut, sehingga dia pun baru bangun ketika matahari sudah tinggi.

Pola tidur seperti ini jelas salah kaprah dan tidak baik untuk kesehatan sang balita. Tidur yang sehat dan berkualitas penting untuk semua rentang usia, dari bayi hingga lanjut usia.

Tidur yang berkualitas ditandai dengan rasa segar bugar ketika bangun dan tidak mengantuk di siang hari.

"Tidur merupakan hal mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh agar kinerja dan performa tubuh tetap optimal saat sedang terjaga," ujar Dr. Andreas Prasadja, RPSGT, dari Snoring & Sleep Disorders Clinic.

"Selama kita tidur, tubuh mengalami restorasi sel yang rusak, menjaga tingkat energi, peningkatan daya tahan tubuh, dan proses keseimbangan hormonal untuk kesehatan dan merawat fungsi otak," papar Dr. Andreas.

Pada balita, indikasi gangguan tidur antara lain jika saat bangun tidur anak rewel karena kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi.

Dr. Bernie Medise, Sp.A(K), MPH, staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Divisi Tumbuh Kembang, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, menegaskan gangguan tidur balita juga berdampak pada gangguan fungsi perkembangan.

"Saat anak bangun di pagi hari dengan segar, maka dia bisa belajar, beraktivitas, berinteraksi dengan baik, dan mudah diberikan stimulasi," jelas Dr. Bernie.

"Sebaliknya, saat anak bangun dengan rewel karena masih mengantuk, maka perilakunya sudah terganggu dan stimulasi tidak akan cukup. Akhirnya, perkembangan anak bisa terganggu," Dr. Bernie mengingatkan.

Yang tak kalah penting, gangguan tidur juga bisa mengganggu produksi hormon pertumbuhan anak, sehingga pertumbuhan fisiknya pun bermasalah. Jadi, jangan anggap remeh masalah tidur pada anak.

Pendapat senada disampaikan Aprilya Dewi Kartika Sari, M.Psi., Psikolog, dari Klinik Tumbuh Kembang Anak, RSUD Kota Yogyakarta.

"Karena tidur memengaruhi emosi anak, maka pola tidur yang teratur dapat membuat anak lebih tenang, segar, semangat, dan menurunkan ketegangan," papar Aprilya.

"Sebaliknya, bila sulit tidur, maka hormon yang seharusnya bekerja maksimal jadi terganggu. Anak pun jadi gelisah, mudah rewel, lesu, dan nafsu makannya terpengaruh," tandas Aprilya.

Para pakar ini menegaskan bahwa tidur lebih dari sekedar kebutuhan dasar anak, karena tidur juga menjadi tolok ukur tumbuh kembang si kecil, baik secara fisik maupun psikologis.

"Saat tidur, apa yang dialami oleh anak di siang hari akan mengalami perbaikan psikologis saat bermimpi atau pada fase Rapid Eye Movement (REM)," jelas Dr. Bernie.

"Sementara itu, pada fase non-REM atau sleep deep (tidur malam), hormon pertumbuhan diproduksi. Jika istirahatnya cukup, esoknya anak bisa menjadi lebih segar dan perilakunya pun lebih baik," ujar Dr. Bernie.

Menurut Dr. Bernie, pada masa fase REM, terjadi peningkatan darah ke otak, sehingga fungsi otak menjadi lebih baik dan sel-sel tumbuh lebih cepat.

"Inilah saat terbaik untuk memberikan afirmasi positif atau hipnosis guna membentuk perilaku dan mental anak secara alam bawah sadar. Saat inilah, restorasi fungsi emosi dan kognisi berlangsung," jelas Dr. Bernie.

Di fase ini, psikis-sosial-emosi anak berkembang, sehingga ia menjadi lebih tenang, teratur, memiliki pola makan baik, dan kondisi emosinya lebih stabil.

"Kelelahan bermain dan beraktivitas di siang hari, ketegangan karena suatu peristiwa yang tidak menyenangkan dapat dinetralisasi dengan tidur yang baik," papar Dr. Bernie.

Semakin bertambah usia, kebutuhan tidur berkurang.

"Sampai usia tiga tahun, anak bisa tidur sampai 12 jam sehari. Di atas tiga tahun, tidur siang adalah pilihan. Kalau anak tidak mengantuk, manfaatkan waktu untuk bermain atau stimulasi lain," kata Dr. Bernie.

Aprilya mengutip penelitian dari University of Massachusetts Amherst yang menegaskan bahwa tidur siang meningkatkan daya ingat anak-anak. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa tidur siang seharusnya didorong bagi anak-anak prasekolah.

"Tidur siang membantu mencapai tujuan akademis prasekolah dan memainkan peranan penting dalam mengkonsolidasi memori dan meningkatkan pembelajaran anak-anak," kata Aprilya.

Ada beragam problem tidur yang umumnya terjadi pada anak.

Gangguan tidur ini bisa terjadi di setiap usia bila pola tidur sejak dini tidak tepat. Memang, pada usia tertentu, misalnya usia sekolah, biasanya anak kesulitan bangun pagi.

Cara efektif mengatur pola tidur sejak dini, terutama pada bayi yang belum dapat membedakan siang dan malam, adalah dengan memperkenalkan konsep siang dan malam. Saat tidur siang, biarkan lampu menyala dan aktivitas berlangsung biasa.

Namun, pada malam hari, matikan televisi dan lampu dan hentikan aktivitas, sehingga bayi akan tahu hari sudah malam dan waktunya dia tidur.

Untuk anak yang lebih besar, ajak tidur di tempat tidur, bukan di depan televisi atau digendong sepanjang malam.

Bila anak terbangun dan mulai beraktivitas, jangan ditanggapi atau terlalu banyak berbicara dengannya, kecuali anak membutuhkan minum atau pergi ke toilet.

"Saat anak sudah usia prasekolah, mulai biasakan anak untuk bangun pagi dan berangkat sekolah. Jangan biarkan anak selalu bangun siang dan melewatkan waktu makan dan mandi pagi," pungkas Dr. Bernie.

Berbagai Bentuk Gangguan Tidur
* Anak butuh waktu lama untuk tidur.
* Cenderung gelisah dan marah-marah.
* Tidurnya tak nyenyak dan sering terbangun.
* Kebiasaan jelang tidur yang harus dilakukan, seperti harus digendong terus.
* Gangguan anatomis, misalnya pada anak dengan obesitas, pembesaran kelenjar tiroid, dan obstructive sleep apnea atau henti napas.
* Mengigau, melindur, atau bahkan berjalan saat tidur.
* Biasanya tidur sendiri, namun sekarang harus dibantu orangtua, mungkin juga karena dipicu oleh sakit yang tengah diderita.
* Pada anak yang lebih besar, gangguan tidur yang diakibatkan masalah emosi atau peristiwa tak menyenangkan saat siang hari bisa membuatnya terbangun selama lebih dari tiga kali dalam satu atau beberapa malam.

Dampak Gangguan Tidur Anak
* Badan tak segar.
* Berperilaku agresif.
* Diliputi perasaan takut.
* Sensitif dan emosi tidak stabil.
* Hubungan pertemanan terganggu.
* Konsentrasi terganggu saat di sekolah dan prestasi menurun.
* Mengantuk di siang hari dan nafsu makan menurun.

Tugas Hormon Pertumbuhan
* Sekitar 75 persen hormon pertumbuhan dihasilkan saat anak tidur.
Tugas hormon ini antara lain:
* Merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan. Di sinilah terjadi pertambahan berat dan tinggi badan, juga lingkar kepala.
* Mengatur metabolisme tubuh, termasuk otak.
* Memperbaiki sel tubuh.
* Membangun otot dan jaringan pendukung.
* Menguatkan tulang.

Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman

Komunitas IndoRunners Membawa Virus Lari ke Masyarakat

Pemanis Buatan Sama Berbahayanya Dengan Pemanis Alami

Mengenal Buah Badam/Almond