Imbas Hubungan Asmara di Tempat Kerja

Tak ada yang bisa memprediksi di mana benih cinta akan bersemi. Cinta bisa tumbuh di mana saja, termasuk lingkungan kerja.

Cinta bisa muncul di mana saja dan kapan saja. Bermula dari kedekatan, kemudian menjadi akrab dan menimbulkan daya tarik.

"Ini merupakan fenomena umum," jelas Utami Widyanti, S.Psi., Psikolog, dari Catalyst Psy & HR Management Services.

"Semakin sering bersama, maka semakin banyak menemui kesamaan dalam berbagai hal. Hasilnya, semakin kuatlah daya tarik di antara kedua pihak," ujar Utami.

"Semua orang bisa merasakan ini, yang membedakan adalah respons masing-masing. Ada yang secara terbuka mampu mengekspresikan dan ada yang memilih untuk dipendam," papar Utami.

Dalam banyak hal, cinta di kantor merupakan cinta lokasi. Ini karena cinta tumbuh dari kebersamaan dan keakraban dalam satu situasi.

"Meski cinta lokasi kerap dipandang negatif karena digadang-gadang hanya berlangsung sementara, jutaan kisah cinta justru lahir dari lokasi yang sama dan bisa bertahan lama," tandas Utami.

Senada dengan Utami, Ardiningtyas Pitaloka, M.Si., Psi., staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas YARSI, juga menegaskan bahwa cinta di tempat kerja dapat dikategorikan cinta lokasi.

"Cinta lokasi dapat terjadi karena seringnya interaksi, tapi bisa juga perpaduan beberapa faktor yang secara umum menyebabkan orang jatuh cinta, seperti kesamaan pandangan, minat, dan nilai," papar Tyas.

Bagaimana dengan persepsi bahwa cinta lokasi hanya sementara?

Utami menegaskan bahwa langgeng atau tidaknya suatu hubungan tidak didasari oleh lokasi daya tarik dan cinta berasal, tetapi melalui proses yang disebut social penetration atau penetrasi sosial.

"Ini akan mengubah perasaan saling suka menjadi tingkat keakraban dan keintiman yang lebih tinggi," ujar Utami. "Setiap pasangan akan semakin melibatkan pasangannya dalam aspek kehidupan yang lebih luas."

"Mereka saling mengenal lebih jauh dan berbagi hal yang bersifat lebih personal atau pribadi," lanjut Utami. "Ketika tidak ada keterbukaan atau timbal balik, maka di mana pun cinta tumbuh, dia tak akan bertahan lama."

Utami menyitir sebuah penelitian yang mengungkap bahwa kebanyakan pasangan yang telah bersama kurang-lebih 8 bulan umumnya sudah saling mengungkapkan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.

"Jadi, usia hubungan 8 bulan mungkin saja dijadikan salah satu parameter untuk melihat apakah hubungan tersebut bisa langgeng atau tidak, meski ini tidak selalu berlaku," tutur Utami.

"Seperti sudah disampaikan, cinta lokasi tumbuh dari intensitas kebersamaan yang memunculkan daya tarik dan berkembang menjadi cinta," lanjutnya.

"Oleh karena itu, tantangan dari cinta lokasi adalah minimnya intensitas kebersamaan seiring dengan berakhirnya kerja sama atau kebersamaan di suatu tempat," ujar Utami.

Dari kacamata berbeda, Diana Rahmawati, M.Psi., Psikolog, dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengingatkan potensi konflik dari relasi cinta di tempat kerja.

"Asmara bisa menjadi salah satu hal yang mengganggu profesionalitas karyawan, karena akan timbul pengecualian ketika terjadi pelanggaran atau aturan yang bersifat subjektif," tandas Diana.

"Itu sebabnya, beberapa perusahaan - baik langsung maupun tidak, baik tertulis maupun tidak - menerapkan aturan yang melarang cinta lokasi yang berakhir pada pernikahan, terutama dalam divisi yang sama," jelas Diana.

Bagaimana bila pasangan yang jatuh cinta berasal dari divisi yang berbeda? Kadang, perusahaan masih memperbolehkan. Atau, tersedia beberapa opsi solusi, seperti salah satu pihak harus bersedia resign atau dimutasi.

Namun, ada pula perusahaan yang membolehkan hubungan asmara di antara karyawan sepanjang tidak mengganggu profesionalitas dan kinerja. Semua kembali pada kebijakan setiap organisasi.

Karena itulah, Diana mengingatkan para karyawan yang terlibat cinta lokasi agar tetap profesional dan menjalankan peran mereka di tempat kerja dengan baik.

"Bagaimanapun, orang yang menjalin hubungan dengan rekan kerja tak akan bisa lepas dari pengecualian ataupun kecenderungan mengistimewakan pasangan," papar Diana.

"Yang dikhawatirkan adalah ketika ada masalah dengan urusan pribadi, yang bisa berimbas pada kinerja yang bersangkutan. Padahal, sebuah hubungan asmara tidak lepas dari drama dan konflik," tandas Diana.

Pendapat senada disampaikan Tyas.

Menurutnya, larangan atau kekhawatiran yang umumnya mendasari peraturan perusahaan yang melarang hubungan asmara di lokasi kerja berlandaskan pada fakta bahwa cinta merupakan afeksi manusiawi yang menguras emosi, baik positif maupun negatif.

"Luapan emosi inilah yang dikhawatirkan akan memengaruhi objektivitas yang dituntut dalam dunia kerja atau profesional," tandas Tyas.

Di satu sisi, karyawan yang jatuh cinta bisa menjadi penuh energi dan memacu diri untuk melakukan yang terbaik. Ini sebenarnya merupakan salah satu imbas positif jatuh cinta, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai diri.

Di sisi lain, tak bisa dipungkiri jatuh cinta juga mendorong seseorang menjadi lebih sensitif dan memiliki keinginan untuk sesering mungkin bersama pujaan hati.

Padahal, tempat kerja menuntut interaksi yang egaliter antara karyawan. Artinya, tak ada ruang untuk kecemburuan, kecurigaan, atau mengistimewakan rekan kerja yang juga menjadi pasangan.

"Situasi seperti inilah yang ingin dicegah atau diantisipasi oleh perusahaan.Tak jarang, para atasan khawatir jika anak buahnya terlibat cinta lokasi, terlebih jika keduanya adalah karyawan profesional," Tyas mengingatkan.


Saat Pujaan Satu Kantor...
* Cek peraturan perusahaan terkait hubungan asmara antara karyawan.
* Tetap junjung profesionalitas.
* Bertanggungjawab penuh pada tugas dan kewajiban.
* Menghindari unsur subjektivitas yang bisa mengganggu kinerja.
* Mengukur kemampuan diri, apakah hubungan ini akan mengganggu pekerjaan atau tidak.


Apa Kata Survei?
Belum lama ini, Vault, institusi riset yang berbasis di New York, menggelar survei terkait office romance terhadap 654 profesional dari sejumlah sektor, seperti hukum, perbankan, akuntansi, konsultasi, dan teknologi. Sekitar 62 persen partisipan adalah pria, sedangkan 38 persen adalah perempuan. Hasil survei mereka menguak bahwa separuh dari kaum pekerja pernah menjalani relasi asmara di kantor pada suatu waktu dalam perjalanan karier mereka.

Faktanya? Asmara di kantor tak terhindarkan. Enam dari 10 pekerja (sekitar 65 persen) mengaku bahwa mereka pernah terlibat dalam setidaknya satu kali hubungan asmara di tempat kerja, ungkap studi yang dilakukan oleh Approved Index.

Perusahaan tersebut juga mendapati bahwa separuh dari asmara di tempat kerja melibatkan setidaknya salah satu pihak yang sudah memiliki komitmen dalam sebuah hubungan atau pernikahan, dan bahwa sekitar 30 persen asmara di kantor berujung pada hubungan jangka panjang.

Banyak dari kita menghabiskan sebagian besar waktu dalam lingkungan kerja, sehingga tak heran jika banyak yang terlibat asmara di kantor, tegas Dr. Rachel Andrew, konsultan psikologi klinis di Time Psychology.

"Namun, jika asmara di kantor bakal serius, maka salah satu pihak sebaiknya mempertimbangkan untuk berganti tempat kerja," saran Sarah Archer, career coach dan pendiri CareerTree. "Memiliki tempat kerja yang berbeda akan lebih sehat bagi pasangan."


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman

Komunitas IndoRunners Membawa Virus Lari ke Masyarakat

Mengenal Buah Badam/Almond

Mengenal Sindrom Kaki Gelisah yang dapat Merusak Kualitas Istirahat Anda