Ada Berapa WhatsApp Group di Ponsel Anda?



Jika dulu kita bertatap muka, kini kita "bersua" secara digital. Simak saran para pakar dalam menyikapi perubahan ini dan menghindari miskomunikasi.

Ada berapa WhatsApp Group di ponsel Anda?

Bicara komunikasi digital, WhatsApp Group (WAG) bisa jadi merupakan pilihan populer di masyarakat kita. Kenyamanan dan kemudahan memakainya membuat fasilitas ini banyak dimanfaatkan dan tak ayal mengubah pola berkomunikasi.

Ada beberapa penyebab WAG menjadi favorit, seperti dipaparkan oleh DR. Firman Kurniawan, M.Si., staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

"Di antaranya adalah fasilitas membentuk WAG sesuai keinginan manfaat berupa keterhubungan yang intens bebas ruang dan waktu dan membuat kita bisa berkomunikasi setiap saat di mana pun. Ini memenuhi manfaat ekonomis maupun sosiologis," tegas Firman.

"Ketika manfaat ekonomis dan sosiologis dirasakan semakin nyata, pengguna semakin terbiasa dan bahkan mengalami ketergantungan. Kita pun menerimanya sebagai budaya yang baru," papar Firman.

Sifatnya yang tematif juga membuat WAG memenuhi ciri sebagai komunitas, yakni kumpulan orang dengan minat dan perhatian yang sama pada suatu topik.

"Sifat pembahasan di dalam grup pun lebih fokus, mendalam, dan tanpa sekat. Apalagi relasi yang intens dan tanpa sekat ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja," ujar Firman.

Penjelasan senada diberikan oleh Dian Agustine Nuriman, S.Ikom., M.Ikom., dari NAGARU Communications.

"Aplikasi WhatsApp memiliki interface yang simpel dan user-friendly sehingga memudahkan siapa pun untuk menggunakannya, dari anak-anak hingga lansia," jelas Dian. "Kita bisa berkomunikasi melalui teks, suara dan video tanpa biaya tambahan selama tersambung ke internet."

Terkait WAG, fitur ini memungkinkan kita memberi dan menerima informasi secara langsung dan cepat kepada kelompok, sekaligus mendapatkan feedback dari komunikasi yang disampaikan. Kita juga bisa menjaga silaturahmi dengan teman lama maupun baru.

Saat ada yang berulang tahun, wisuda, menikah, atau memiliki bayi, berada dalam WAG juga dapat meningkatkan rasa kebersamaan. Atensi terhadap anggota kelompok dengan ramai-ramai memberikan ucapan selamat di WAG juga menambah rasa persatuan dalam kelompok.

Namun, pola komunikasi ini juga memiliki sisi negatif. Salah satunya, karena tak ada pertemuan tatap muka, salah paham kerap timbul.

Dalam berkomunikasi, ada beberapa unsur pembentukan makna, yakni simbol berupa suara, pilihan kata, mimik muka, intonasi, jeda antar kata, dan gesture si pengirim pesan.

"Semua unsur ini hilang dalam komunikasi WAG. Implikasinya, tak jarang terjadi kesalahpahaman yang cukup besar akibat hilangnya unsur-unsur tersebut," ungkap Firman. "Ketiadaan unsur-unsur non-verbal inilah yang memicu konflik antar anggota WAG."

Menurut Firman, konflik tersebut seharusnya bisa dihindari. Kesalahpahaman akibat aspek teknis dalam berkomunikasi sebenarnya dapat diminimalisasi dalam berkomunikasi tatap muka.

"WAG memiliki sisi negatif berupa risiko miskomunikasi," tegas Dian. "Ini bisa memicu kerenggangan komunikasi antar personal dengan kelompok, bahkan 'menghilangnya' anggota kelompok yang memutuskan untuk meninggalkan WAG."

Gaya komunikasi seseorang tidak terlepas dari karakter individu tersebut. Dalam komunikasi langsung, menurut Firman, citra diri personal ini akan tampak jelas. Ini yang tidak terjadi di WAG. Intonasi, mimik muka, dan suara tidak terlacak lewat fasilitas simbol dalam aplikasi WA.

Akibatnya, WAG sering menjadi "tempat persembunyian" nyaman bagi individu tertentu. Misalnya, orang yang ingin didengarkan tanpa perlu melihat tanggapan wajah sinis dari yang lain.

WAG seakan mampu mengubah karakter asli seseorang.

Padahal, hilangnya kapasitas untuk menampung aspek-aspek yang muncul pada pembicaraan tatap muka justru memfasilitasi individu tertentu untuk menampilkan diri dengan menutup bagian yang dikhawatirkan.

"Dalam hal ini, mereka yang memiliki kepribadian tertutup manjadi yang paling diuntungkan dengan keberadaan WAG yang menghindari pertemuan tatap muka secara langsung," papar Firman.

Dian sepakat. "Kepribadian introvert atau cenderung menutup diri saat tatap muka akan sangat diuntungkan dengan adanya WAG, karena mereka akan lebih berani 'bicara' melalui ibu jari dibandingkan dengan mulut," tandasnya.

Mengapa ada orang yang tampak berbeda saat di WAG dan saat bertemu langsung?

Pengamatan Dian terhadap WAG yang ia ikuti mengungkap bahwa umumnya kepribadian tipe sanguin tidak terlalu sering "bicara" di WAG. Sebaliknya, mereka yang bertipe melankolis dan plegmatis justru lebih aktif.

"Dari sekadar memberi info, menjawab atau memberikan respons dengan detail dan panjang, bahkan sampai curhat dilakukan oleh tipe ini, yang saat tatap muka bisa berbeda 180 derajat dari apa yang dia ekspresikan di WAG," beber Dian.

Beragam dinamika terjadi di WAG.

Misalnya, ada yang ikut WAG karena keterpaksaan. Dia merasa tidak enak dan ingin menjaga perasaan serta hubungan dengan orang yang mengundangnya. Tipe seperti ini biasanya cenderung menjadi "penonton" di WAG dan sesekali saja memberikan feedback.

Sementara itu, bagi yang cenderung baper atau bawa penasaran, dia harus siap menerima risiko berupa sindiran atau ketidaksepahaman, dan tak bisa berharap semua anggota kelompok akan memberi dukungan.

"Yang terpenting dalam berkomunikasi di WAG adalah saling menghormati dan menghargai sehingga suasana yang tercipta akan menyenangkan," Dian berpesan.

Menghormati satu sama lain juga dapat meminimalisir fenomena keluar masuk grup. Hal ini biasanya dipicu oleh beragam faktor. Kalau sudah begini, anggota lain atau administrator grup biasanya membujuk mereka yang keluar untuk mau bergabung lagi.

Waspadai juga jika Anda tergabung dalam cukup banyak WAG, karena ini bisa memicu risiko "salah kamar". Ini terutama terjadi saat kita sibuk, terburu-buru, atau melakukan hal lain. Atau, saat kita sedang berkomunikasi aktif dengan beberapa WAG sekaligus.

"Terlalu banyak WAG bisa berdampak buruk," kata Firman. "Kita bisa kehilangan kemampuan memproduksi prestasi yang aktual, seperti pekerjaan sesuai target, realisasi janji, dan quality time."

Firman berpesan agar kita tetap mengimbangi komunikasi digital, baik itu melalui WhatsApp atau platform lain, dengan komunikasi tatap muka. Niscaya, risiko salah paham akan dapat diminimalisasi.


Aturan dalam WAG

Untuk menghindari konflik, sejumlah WhatsApp Group menerapkan peraturan yang disepakati bersama, antara lain:
* Pengenalan anggota dengan menyebutkan informasi dan latar belakang.
* Mempromosikan produk atau jasa.
* Topik-topik tertentu, seperti tidak boleh ada pembahasan berunsur politik.
* Jam aktif dan jam pasif, misalnya aturan untuk tidak menggunakan WAG pada waktu tertentu.
* Pelanggaran akan mendapat sanksi maksimal 3 kali peringatan sebelum akhirnya dikeluarkan.


Kok, Keluar?

Ini penyebab paling umum seseorang memutuskan untuk keluar dari WhatsApp Group:
* Memiliki masalah pribadi dengan salah satu anggota.
* Tidak nyaman lagi berada di dalam grup tersebut.
* Tidak cocok dengan tema-tema yang dibahas di grup.
* Merasa terpojok atau di-bully oleh grup.
* Merasa tersindir dengan ucapan atau posting-an salah satu anggota.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Kalau ke Sukabumi, yuk Mampir ke Air Panas Cisolok

Mengenal Buah Badam/Almond

Waspada Terhadap 6 Penyakit Ini Yang Ditandai Dengan Gejala Meriang

Polip Hidung Mengganggu Pernafasan dan Penciuman