Diet Faktor X Untuk Mengusir Sindrom X
Berat badan terus naik dan sulit menurunkannya? Ditambah lagi sering merasa lesu, pusing dan kurang konsentrasi? Waspadalah, sindrom X mungkin sedang mengintai Anda.
Banyak orang yang terlambat menyadari kehadiran sindrom X dan baru disesali setelah berakibat fatal. Padahal kondisi ini bisa dicegah sebelum berkembang menjadi lebih buruk. Salah satu solusinya adalah melaksanakan diet faktor X. Selain bisa mengusir pergi sindrom X dari hidup Anda, diet ini juga bermanfaat untuk mencapai bentuk tubuh ideal yang langsing dan sehat tanpa tersiksa lapar.
Gaya hidup modern & sindrom X
Gaya hidup modern yang kurang aktivitas (sedentary lifestyle) dan malas berolahraga ditambah lagi dengan hobi menyantap makanan gaya barat (junk food, soft drink, fried chicken, dan hamburger) merupakan penyebab utama munculnya sindrom X yang biasanya ditandai dengan obesitas.
Kondisi yang sering terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat ini mulai banyak dijumpai di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada tahun 2004 menunjukkan adanya kenaikan jumlah pria obesitas di Indonesia sebanyak 9,16 persen sedangkan pada wanita mencapai 11,02 persen.
Istilah sindrom X pertama kali diperkenalkan oleh Gerald Reaven, MD, seorang peneliti dan profesor dari Universitas Stanford pada tahun 1988. Sindrom X adalah kumpulan dan kombinasi dari beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes. Selain obesitas, gejala sindrom X berupa penambahan ukuran lingkar pinggang (tubuh berbentuk apel), kenaikan kadar kolesterol, tekanan darah, dan gula darah. Kondisi ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti sindrom metabolik, sindrom obesitas, sindrom resistensi insulin dan sindrom Reaven.
Sindrom X tidak muncul secara tiba-tiba, tapi melalui proses panjang dan perlahan, bahkan dapat mencapai waktu puluhan tahun. Ini merupakan hasil akhir dari pola makan tak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak. Saat makanan dicerna, kadar gula darah akan meningkat, dan tubuh akan merespon dengan meningkatkan produksi insulin (hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang membantu mengatur keseimbangan gula darah).
Konsumsi makanan tinggi gula akan memaksa pankreas untuk mengeluarkan insulin lebih banyak untuk menurunkan kelebihan gula dalam darah. Jika kelebihan gula darah sudah terlalu tinggi dan jumlah insulin yang diproduksi sudah tidak mampu mengatasinya maka akan terjadi kondisi yang disebut resistensi insulin. Pankreas yang sudah kelelahan, lama kelamaan tidak sanggup lagi mempertahankan produksi insulin. Hal ini berakibat pada meningkatnya gula darah yang dapat menyebabkan penyakit diabetes.
Kelebihan gula dalam darah ini kemudian akan diubah menjadi lemak yang akan semakin menumpuk di pembuluh darah. Gangguan fungsi insulin juga akan menyebabkan gangguan metabolisme lemak, yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserida. Hal ini terjadi karena menurunnya kemampuan enzim pemecah lemak yang kerjanya dipengaruhi insulin. Kondisi inilah yang jika tidak diatasi lama kelamaan akan berkembang menjadi penyakit jantung, hipertensi, stroke dan penuaan dini.
Tapi jangan khawatir, semua kondisi ini ini masih bisa diperbaiki. Bukan dengan mengkonsumsi obat-obatan, tapi dengan mengubah pola makan dan gaya hidup. Salah satunya dengan menjalankan diet faktor X.
Mirip diet Atkins, tapi lebih sehat
Diet faktor X diperkenalkan oleh Leslie Kenton, seorang penulis buku-buku kesehatan sekaligus konsultan ahli kosmetik dan kesehatan alami di Britain's Open University. Pelaksanaan dan teori yang digunakan dalam diet faktor X mirip dengan diet Atkins yang memfokuskan konsumsi makanan tinggi protein dan menghindari makanan tinggi karbohidrat.
Berbeda dengan diet Atkins yang mengizinkan makanan tinggi lemak jenuh seperti makanan yang digoreng, mentega, keju, dan daging merah, diet ini hanya memperbolehkan penggunaan lemak yang lebih ramah terhadap kesehatan yang diperoleh dari ikan, ayam tanpa kulit, telur, minyak ikan dan minyak zaitun. Sumber protein dalam diet faktor X tidak hanya terdiri dari protein hewani tapi juga dari protein nabati dari kacang-kacangan, tahu dan tempe, sedangkan diet Atkins lebih menganjurkan konsumsi protein hewani seperti daging merah. Selain itu, diet faktor X juga mengikutsertakan sayuran dan buah dalam menunya, tidak seperti diet Atkins yang membatasi konsumsi sayuran dan buah sehingga sering muncul efek samping seperti konstipasi dan pusing.
Mengapa diet rendah karbohidrat dan tinggi protein bisa menurunkan berat badan? Menurut Mellisa Diane Smith, nutrionis dari Amerika sekaligus anggota tim penulis buku Syndrome X, pola makan tinggi protein dan membatasi konsumsi karbohidrat akan mengontrol kadar gula darah, sehingga jumlah insulin yang dikeluarkan ke dalam darah akan berkurang. Ini akan menstimulasi tubuh untuk memproduksi glukagon, hormon yang membantu membakar lemak tubuh sebagai sumber energi, yang akan berdampak pada menurunnya jumlah lemak di dalam tubuh sehingga berat badan pun akan berkurang. Selain menurunkan berat badan, dengan membantu mengontrol kadar insulin, diet ini juga dapat mencegah dan mengatasi sindrom X.
Keberhasilan diet faktor X telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah yang dilakukan di Wakefield Hospital, New Zealand. Penelitian ini melibatkan kelompok pria dan wanita yang diminta untuk menjalani program diet faktor X selama 5 minggu. Hasilnya sangat mengagumkan, diet ini berhasil menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah, gula darah, dan lemak tubuh para responden. Dengan pelaksanaan yang disiplin dan teratur, diet faktor X dapat menurunkan berat badan sebesar 1,8 - 5,4 kg pada wanita, 3,6 - 7,2 kg pada pria dalam dua minggu pertama, yang diikuti dengan penurunan sebanyak 1/2 - 1 kg di minggu berikutnya.
Diet faktor X terbukti bermanfaat untuk meluruhkan lemak dan mengembalikan berat badan normal Anda secara alami, mengoptimalkan kesehatan, mengatur kembali metabolisme, meningkatkan energi, memperoleh tubuh yang langsing serta memperlambat proses penuaan.
Protein tinggi yes, karbohidrat tinggi no
Diet ini berbasis pada bahan pangan alami, segar, organik, dan tidak diproses. Makanan yang sudah diproses seperti makanan instan, makanan kalengan, dan makanan yang mengandung bahan aditif dilarang untuk dikonsumsi.
Makanan yang disarankan adalah makanan tinggi protein seperti tahu, tempe, ikan, telur, dan kacang-kacangan yang dikonsumsi di setiap waktu makan dan sebagai camilan. Semua lemak trans yang terdapat dalam makanan yang digoreng dengan banyak minyak harus dihindari. Gunakan lemak sehat seperti minyak zaitun extra virgin dan minyak yang kaya asam lemak omega 3 seperti minyak ikan flaxseed.
Sama halnya dengan diet Atkins, makanan tinggi gula dan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi seperti roti putih, biskuit, kentang bakar, nasi putih, pasta, corn flakes, gula pasir, selai, pemanis buatan dan berbagai jenis junk food sama sekali tidak diizinkan untuk disantap. Sumber karbohidrat difokuskan pada konsumsi sayuran dan buah segar yang memiliki indeks glikemik rendah. Makanan dengan indeks glikemik rendah membutuhkan waktu lama dan bertahap untuk diubah menjadi glukosa (gula) sehingga mengontrol kadar gula darah, mengurangi jumlah lemak dalam darah, dan membuat Anda tidak mudah lapar.
Minuman tinggi gula seperti soft drink, jus buah yang diberi pemanis buatan, kopi, dan minuman beralkohol sebaiknya dibuang dari daftar belanja. Sebagai gantinya Anda bisa mengkonsumsi teh herbal dan susu rendah lemak.
Pelaksanaan diet faktor X terbagi menjadi dua program, tergantung pada seberapa banyak jumlah lemak yang ingin dihilangkan. Kedua program ini rendah karbohidrat dan tinggi protein.
* Keseimbangan insulin (insulin balance). Program ini bisa dijalani oleh siapa saja, terutama bagi wanita dengan kadar lemak tubuh +- 35 persen dan pria dengan lemak tubuh +- 22 persen. Juga bagi orang sehat yang ingin terhindar dari sindrom X, penyakit kardiovaskular, diabetes, ketidakseimbangan hormon, serta ingin hidup lebih lama dan awet muda. Diet ini merekomendasikan 35 persen energi berasal dari protein, 35 persen dari karbohidrat dengan indeks glikemik rendah (terutama dari sayuran dan buah), dan 30 persen dari lemak (terutama dari lemak sehat yang kaya akan omega 3). Setiap porsi makan terdiri dari satu bagian protein dan dua bagian karbohidrat.
* Ketogenik. Diet ini lebih ketat dan hasilnya juga lebih cepat dibandingkan diet keseimbangan insulin. Hanya diperuntukkan bagi wanita dengan kadar lemak tubuh lebih dari 35 persen dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 22 persen, orang yang tidak bisa atau sulit menurunkan berat badan, serta memiliki kecenderungan mengidap diabetes tipe 2. Pelaksanaannya juga harus diikuti dengan perubahan gaya hidup. Diet ketogenik membatasi konsumsi karbohidrat hanya 20 g sehari (konsumsi normal 250-300 g sehari) dan merekomendasikan 50 persen energi berasal dari protein, 20 persen dari lemak. Setiap porsi makan terdiri dari dua bagian protein dan satu bagian karbohidrat.
Olahraga mendukung keberhasilan
Diet faktor X tidak akan ampuh tanpa olahraga dan perubahan gaya hidup. Untuk mempertahankan berat badan normal disarankan untuk melaksanakan olahraga beban setidaknya 4 kali seminggu selama selama 30 menit untuk membantu membentuk tubuh ideal yang langsing dan sehat. Olahraga ringan seperti jalan cepat 15-30 menit setiap hari bermanfaat untuk meningkatkan energi, meningkatkan persediaan glikogen sebagai cadangan energi, dan mempertahankan keseimbangan emosional.
Selain itu kurangi stres karena dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah. Ini disebabkan adanya hormon yang dapat mempengaruhi stres dan kadar gula darah. Pada saat Anda stres, tubuh akan mengeluarkan kortisol dan adrenalin, hormon yang memacu organ hati untuk mengubah simpanan energi menjadi glukosa dan mengeluarkannya ke dalam darah.
Dan yang paling penting adalah disiplin dan motivasi dari diri sendiri. Diet jenis apapun tidak akan berhasil jika tidak ada tekad kuat untuk menjalaninya. Selain itu, tetap konsultasikan dengan dokter sebelum Anda mengikuti program diet penurunan berat badan.
Komentar