Pemanis Buatan Sama Berbahayanya Dengan Pemanis Alami
Tanpa disadari, tiap hari kita mengkonsumsi produk-produk yang mengandung pemanis buatan. Ini hampir ada di semua produk konsumsi rumahan, seperti minuman, kue, permen karet, hingga pasta gigi. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, pemanis buatan membahayakan kesehatan.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM), pemanis buatan adalah jenis pemanis yang bahan bakunya tidak dapat ditemukan di alam dan dihasilkan melalui proses kimiawi. Contoh dari pemanis buatan adalah aspartam, siklamat, sukralosa, sorbitol, dan sakarin. Jenis pemanis buatan ini biasa digunakan pada makanan olahan seperti sirup, soda, selai, hingga makanan khusus yang ditujukan bagi penderita diabetes atau makanan khusus diet.
Jika Anda melihat suatu produk memiliki label sugar free, cobalah cek komposisinya. Biasanya ada tambahan pemanis buatan didalamnya. Pemanis buatan sudah diatur batas penggunaannya oleh BPOM. Contohnya aspartam, batas konsumsinya per hari adalah 40 mg/kg. Artinya jika berat badan Anda 60 kg, maka batas konsumsi aspartam Anda dalam sehari adalah 2.400 mg. Sebagai perbandingan, satu kaleng soda diet mengandung kadar aspartam sekitar 180 mg. Dengan begitu Anda bisa mengkonsumsi sekitar 13 kaleng soda diet sehari. Tapi apa perlu minum soda sebanyak itu?
Meski pemanis buatan adalah pengganti gula sintetis, namun bisa saja ia berasal dari bahan alami. Bahan alami yang bisa dijadikan bahan pengganti gula bisa berasal dari tumbuhan atau bahkan gula itu sendiri. "Meski sering dijadikan rujukan, pemakaian pengganti gula tetaplah tidak sembarangan. Penderita diabetes yang hendak mengganti asupan gula dengan pemanis buatan sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi," tutur Drg. Ida Sandrasari Pranoto.
Ia menambahkan pemanis buatan sama berbahayanya dengan pemanis alami. "Bisa merusak gigi jika tidak segera berkumur atau menggosok gigi. Karena kandungan gula buatan itu akan menempel pada gigi. Misalnya, gula buatan yang terkandung didalam minuman bersoda, zat asam didalam soda berkontribusi tinggi terhadap kondisi pengikisan email gigi," ujarnya.
Bahaya jika berlebihan
Sejak awal kehadirannya, pemanis buatan telah menuai kekhawatiran berbagai pihak. Efek toksik yang mungkin ditimbulkannya kerap dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan. Kanker, stroke, bayi lahir dengan berat badan rendah, tekanan darah tinggi, muntah, pusing, dan kejang adalah sederet kondisi kesehatan yang dikaitkan dengan pemakaian pemanis buatan.
Dikutip dari Harvard Health Publication, Dr. Ludwig, seorang profesor di bidang kesehatan anak menyatakan bahwa ada kemungkinan pemanis buatan menstimulasi pembentukan sel lemak yang baru sehingga dapat memicu kenaikan berat badan. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa bahan ini bisa menaikkan berat badan seseorang. Sifat dari penelitian ini masih belum sepenuhnya lengkap karena belum ditemukan penyebab ilmiah dari klaim tersebut.
Meski sering kali dituding sebagai pemicu beberapa penyakit, namun pemanis buatan memiliki sisi positif. Ida membenarkan hal tersebut bahwa salah satu keunggulan pemanis buatan dibandingkan dengan gula adalah tidak menimbulkan kadar gula darah. Hal ini terlihat masuk akal mengingat kandungan kalori didalam bahan ini nyaris tidak ada. Jika dibandingkan dengan gula biasa, tentu kandungan kalori dalam pengganti gula ini jauh lebih sedikit.
"Berbeda dengan gula, pemanis buatan bukanlah karbohidrat. Karena keunggulan inilah pemanis buatan sering direkomendasikan bagi para penderita diabetes. Namun sering kali orang lengah, mentang-mentang rendah kalori terus mengkonsumsi sebanyak-banyaknya. Tetap harus ada takaran per hari. Kalau banyak sama saja mengkonsumsi gula biasa. Itu berbahaya, apalagi bagi orang tua. Jadi menurut saya, lebih baik kurangi konsumsi gula dalam bentuk apapun. Terutama bagi para lansia yang metabolismenya sudah makin lambat," ungkapnya.
Selain itu, meski rendah kalori dan bukan termasuk golongan karbohidrat, produk yang sudah dibubuhi pemanis buatan tetap menyimpan kemungkinan tidak aman bagi penderita diabetes. Sebab bisa saja bahan-bahan lain yang menyusun makanan atau minuman tersebut justru terbuat dari karbohidrat atau bahan-bahan dengan kandungan tinggi kalori. Alhasil, efek positif yang hendak diraih menjadi tidak kesampaian. "Membatasi konsumsi gula bisa menjadi salah satu pilihan Anda untuk hidup lebih sehat," tandas Ida.
Komentar