Melacak Harta Raja Salomo
Temuan kompos hewan berusia ribuan tahun di tengah gurun mengungkap sejumlah petunjuk baru tentang Raja Salomo.
Erez Ben-Yosef, arkeolog dari University of Tel Aviv, memulai penggalian di sebuah pertambangan kuno di atas dataran tinggi batu pasir yang dijuluki Slaves' Hill, di Timna Valley Park, pada 2013.
Namun, baru-baru ini saja tim arkeolog menemukan kejutan di pusat tambang tembaga dan peleburan logam tersebut: kompos hewan berusia 3.000 tahun. Tepatnya, kotoran yang terawetkan dengan baik itu ditemukan di struktur dinding yang mencakup sebuah gerbang kokoh.
Mulanya, para peneliti menduga kompos itu termasuk "baru" - mungkin peninggalan ternak kaum nomaden yang berkemah di sana beberapa puluh tahun lalu. Hasil uji radiokarbon kembali memberi kejutan. Ternyata, kompos itu berasal dari abad ke-10 SM!
Saat memulai proyek tersebut, Ben-Yosef dan timnya menduga bahwa situs pertambangan itu berasal dari akhir Zaman Perunggu, terutama di masa Kerajaan Baru Mesir pada abad ke-13 dan awal abad ke-12 SM.
Memang, kehadiran Mesir cukup nyata di sana. Pengunjung era modern yang datang ke Timna Valley Park disambut dengan papan bertuliskan aksara Mesir kuno.
Namun, seperti kejutan yang didapat dari pengukuran usia kompos, uji radiokarbon terhadap tekstil dan materi organik lain menunjukkan bahwa pertambangan tersebut mengalami kejayaan di abad 10 SM - era Raja Daud dan Raja Salomo.
Alkitab menyebut Raja Salomo dikenal akan kebijaksanaan dan kekayaannya. Salomo menghasilkan sejumlah infrastruktur penting, seperti sebuah kuil di Yerusalem yang dipenuhi objek dari emas dan perunggu.
Pembangunan tersebut membutuhkan sejumlah besar logam dari operasi pertambangan berskala industri yang berlangsung di suatu tempat di Timur Tengah, tetapi Alkitab tidak mengungkap lokasinya secara persis.
Pada 1930-an, Nelson Glueck, pakar arkeologi asal Amerika, mengumumkan bahwa dia telah menemukan tambang tersohor itu. Temuan itu terjadi ketika Glueck menjelajahi Lembah Arafah yang kaya tembaga, retakan geologis yang terbentang dari Laur Mati ke Laut Merah, menyusuri perbatasan Israel dan Yordania.
"Sumber daya ini digarap secara intens di masa lalu, terutama era Raja Salomo," tandas Glueck.
Namun, banyak arkeolog yang mengikuti jejak penelitian Glueck menegaskan bahwa Daud dan Salomo bukanlah raja-raja kuat seperti digambarkan di Alkitab. Sebaiknya, mereka hanya kepala suku yang tak sanggup mengelola pertambangan besar dan perdagangan jarak jauh.
Akibatnya, Glueck menjadi bahan olok-olok di dunia akademisi. Namun, temuan terbaru beberapa dekade terakhir ini berhasil membalik situasi.
Pada 1997, Thomas Levy, profesor arkeologi di University of California, mulai melakukan penggalian di Khirbat en-Nahas, situs di selatan Yordania - tempat yang diyakini Glueck sebagai pusat produksi tembaga kuno.
Levy dan timnya menggali lebih dari 6 meter ampas biji tembaga untuk mencapai tanah murni, dan ini menunjukkan bahwa logam telah diproduksi di sana dalam skala masif sejak lama.
Temuan terbaru di Timna Valley ini kian memperkuat posisi Glueck - yang menemukan dan memberi nama situs tersebut pada 1934. Meski belum dikaitkan dengan Raja Salomo, diduga wilayah itu pernah menjadi pusat peradaban suku Edom - keturunan Esau, saudara kembar Yakub.
Menurut Alkitab, Raja Daud pernah memimpin pasukannya sampai jauh ke padang gurun untuk menghadapi suku Edom.
Ben-Yosef mengonfirmasi bahwa tembok-tembok kokoh yang dia temukan di sekitar tempat peleburan menunjukkan bahwa wilayah tersebut pernah menjadi target penyerangan.
Jika benar Daud menaklukkan pasukan Edom, dia akan menuntut penghargaan, ujar Ben-Yosef. Ada kemungkinan besar Yerusalem memperoleh kemakmuran dari pajak pertambangan ini.
Sementara itu, sampel kompos yang dianalisis mencakup spora bibit dan serbuk sari yang begitu utuh sehingga tim Ben-Yosef dapat menentukan makanan hewan di masa itu.
Di sini, kejutan lain menanti: pakan ternak tersebut diimpor dari wilayah sejauh 160 kilometer ke utara, mendekati pesisir Mediterania. Jarak dari sana ke Yerusalem adalah 300 kilometer. Di masa itu, ini berarti perjalanan dua minggu naik keledai. Perdagangan jarak jauh menjadi kunci bertahan hidup di tengah gurun. Setiap kebutuhan harus diangkut dengan keledai - bahkan sumber air terdekat jauhnya 20 kilometer.
Menurut Ben-Yosef, lebih dari 1.000 ton serpihan biji logam dari peleburan ditemukan di Slaves' Hill, menunjukkan produksi skala industri yang memiliki nilai tinggi.
"Di masa itu, logam merupakan produk yang penting, sama dengan minyak sekarang," jelas Ben-Yosef. "Jadi, ini sepadan dengan pengeluaran besar yang dilakukan untuk pertambangan di tengah gurun."
Komentar