Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon Disulap Menjadi Modern
Gelap, pengap, dan menyeramkan. Itulah kesan umum tempat penyimpanan benda-benda keramat milik keraton. Namun kesan itu tak akan dijumpai saat mengunjungi Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.
Untuk menarik minat kalangan muda dan wisatawan, Keraton Kasepuhan menyulap suasana museum pusaka layaknya seperti tempat-tempat modern: terang, segar, sejuk, bersih, dan tertata apik.
Saat memasuki gedung museum yang baru diresmikan Juni 2017, pengunjung akan mendapat sambutan khas hotel. Lima orang wanita layaknya resepsionis hotel, berdiri berjajar di belakang meja front office bercorak ukiran Mega Mendung.
Melangkah ke dalam museum, sebuah tulisan besar-besar terpampang di dinding bercat putih. Raja Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat memberikan pesan lewat sebait tulisan, "Kita Ada Karena Leluhur Kita Ada, Hormati dan Rawatlah Pusakanya, Tauladani Gemilang Sejarahnya,"
Dalam ruang museum seluas 1.000 meter persegi, lemari-lemari tertanam di dinding dengan kaca-kaca besar. Senjata-senjata pusaka Keraton Kasepuhan ditata sedemikian rupa untuk menarik mata pengunjung.
Anak muda sekarang senangnya ke pusat perbelanjaan. Karena itulah dibuat Museum Pusaka yang mirip pusat perbelanjaan yang rapi, bersih dan dingin.
Dengan hembusan pendingin udara yang sejuk, pengunjung bisa berdiri lama-lama, mencermati setiap lekuk pusaka. Lampu sorot yang terang benderang membuat detail-detail pusaka terlihat jelas.
Keraton Kasepuhan Cirebon menempatkan pusaka berdasarkan periode waktu, dimulai dari koleksi terlama. Dengan cara tersebut, pengunjung seakan memasuki sejarah Keraton Cirebon mulai dari Pangeran Cakrabuana pada masa Galuh Pajajaran, masa Sunan Gunung Jati, hingga Sultan Cirebon setelahnya.
Pangeran Cakrabuana di abad XIII-XIV bisa dikenali lewat tinggalan pusaka antara lain Keris Sempana, Keris Brojol, Keris Sempaner, Keris Pandita Tapa, Keris Santan, dan Keris Bima Kurda.
Senjata khas Sunda yaitu Kujang Wayang pada masa Galuh Pajajaran dengan bentuk yang begitu artistik juga ditampilkan. Badik, senjata yang selama ini identik dengan Sulawesi juga ternyata sudah ada sejak masa Prabu Siliwangi ini.
Masyarakat juga bisa menyaksikan senjata pusaka dari tokoh paling terkenal Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati. Tokoh utama penyebar agama Islam di daratan Jawa ini meninggalkan sejumlah pusaka yang dibuat pada masa 1479-1597 M yaitu Keris Dholog, dan Keris Tilam Upih.
Dalam museum ini juga dipamerkan Peti Mesir yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati dan Ibundanya dari Mesir ke Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah putra pasangan Raja Champa, Sultan Syarif Abdullah dan Nyai Rara Santang, putri Raja Siliwangi.
Tak hanya itu, dengan menelusuri benda-benda pusaka ini, kisah kepahlawanan dalam mengusir kolonialisme juga bisa diteladani. Hal tersebut ditunjukkan dengan meriam, pedang, dan rompi pasukan Portugis yang dirampas prajurit Kesultanan Cirebon. Dari peristiwa peperangan ini, lahirlah kota Jayakarta yang menjadi Jakarta, Ibukota Republik Indonesia sekarang ini.
Dalam kisah peperangan dengan Portugis, Sunan Gunung Jati atau juga dikenal sebagai Fatahillah memimpin pasukan gabungan Cirebon dan Demak untuk membebaskan Sunda Kelapa dari Portugis, Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta.
"Lewat benda-benda pusaka inilah, kita ingin tularkan semangat kepahlawanan masa lalu atau semangat kemandirian di bumi pertiwi," tegas Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
Sultan Sepuh XIV mengakui langkahnya membangun Museum Pusaka yang modern ditujukan kepada generasi muda untuk meneladani masa lalu. Dengan suasana dan desain Museum Pusaka yang rapi, bersih, dan sejuk diharapkan membuat kalangan muda tertarik untuk mempelajari masa lalu sebagai inspirasi ke depan. Tujuannya, lahir generasi yang berkebudayaan Nusantara.
"Anak muda sekarang senangnya ke pusat perbelanjaan. Karena itulah kita membuat suasana Museum Pusaka yang mirip pusat perbelanjaan yang rapi, bersih, dan dingin. Kita bangun Museum ini dengan dilengkapi 500 lampu, 60 lemari, dan pendingin udara," papar Sultan Sepuh XIV.
Tak hanya itu Museum Pusaka Keraton Cirebon juga ditujukan untuk menarik minat wisatawan asing. Bandara Internasional Kertajati yang tengah dibangun memungkinkan wisatawan berbagai negara langsung terbang ke Cirebon.
Maka keberadaan Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon, selain untuk belajar generasi muda mengenal budaya leluhur, juga untuk memicu devisa sektor pariwisata budaya.
Komentar