Cegah Neuropati Sejak Dini
Kebas, kram, dan kesemutan kerap kita alami. Namun, tak banyak yang tahu bahwa ini adalah bentuk gangguan di saraf tepi. Keberadaan saraf tepi sangat penting, tetapi fungsinya masih kurang disadari.
Sesekali, kita pasti merasa kesemutan di kaki atau kram di tangan.
Itu sebabnya hal ini sering dianggap biasa, padahal ada kondisi tertentu yang membuat kebas, kram, maupun kesemutan tak lagi biasa, bahkan menyimpan masalah kesehatan serius.
Pentingnya fungsi saraf tepi tak sebanding dengan perhatian yang kita berikan. Faktanya, gangguan saraf tersebut sering kali terabaikan dan dianggap sebagai hal biasa yang bisa pulih dengan sendirinya.
Seperti halnya hidup yang membutuhkan bantuan pihak lain, begitu pula kinerja organ tubuh. Kerja berbagai organ penting, seperti denyut jantung, tekanan darah, gerakan saluran pencernaan, serta penerimaan rangsangan dari luar dikoordinasikan oleh sebuah support system bernama saraf tepi.
"Jika dalam hidup kita punya support system yang selalu memberi dukungan, tubuh pun memiliki support system yang perlu diperhatikan dan dijaga, yakni kesehatan sistem saraf," tegas Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), staf pengajar Departemen Neurologi FKUI/RSCM.
Sistem saraf dalam tubuh memiliki fungsi penting, baik itu sensorik, motorik, atau otonom, untuk menunjang segala aktivitas.
Nah, sistem saraf ini terdiri saraf pusat dan saraf tepi. Sistem saraf tepi berfungsi sebagai penghubung antara saraf pusat (otak dan sumsum belakang) dengan seluruh organ tubuh (organ dalam, mata, pendengaran, kelenjar keringat, kulit dan otot-otot).
"Apabila saraf tepi mengalami kerusakan, maka akan muncul gejala-gejala seperti kesemutan, kebas, kram, dan kelemahan otot. Kondisi seperti inilah yang disebut neuropati, atau kerusakan pada sel saraf tepi," papar Dr. Manfaluthy.
Menurut ahli saraf yang juga tercatat sebagai Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) ini, ada sejumlah faktor risiko yang memicu gangguan di saraf tepi.
Faktor-faktor risiko tersebut diantaranya adalah gaya hidup yang tak sehat, penderita diabetes, usia lanjut, serta aktivitas dengan gerakan berulang. Ada pula konsumsi alkohol dan paparan racun, yang dapat menjadi pemicu timbulnya neuropati.
Secara senada, Prof. DR. Dr. Moh. Hasan Machfoed, Sp.S(K), M.S, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), menandaskan bahwa neuropati atau kondisi gangguan dan kerusakan saraf ditandai dengan gejala seperti kesemutan, kebas, dan kram.
"Lebih dari 50 persen masyarakat melakukan aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang berisiko neuropati," papar konsultan neurologis tersebut. "Kerusakan saraf tepi ini mempengaruhi kualitas hidup serta mengurangi kemampuan kita dalam beraktivitas dan mencapai hasil yang maksimal,"
Neuropati sendiri bisa terjadi karena berbagai sebab, seperti penuaan, diabetes, atau defisiensi vitamin B, khususnya B1 dan B12. Disamping itu, ada juga neuropati yang disebabkan oleh infeksi penyakit, trauma, atau penjepitan saraf.
Dampak dari gangguan saraf tepi bisa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup, kekuatan motorik, menurunnya sensasi rasa sehingga mudah terluka, impotensi, depresi, penurunan berat badan, serta Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
"Pencegahan dan pengobatan dini neuropati sangat penting untuk dilakukan, mengingat kerusakan saraf akan bersifat irreversible apabila kehilangan serabut saraf di atas 50 persen," ujar Dr. Manfaluthy.
Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan agar kondisi saraf tepi bisa tetap sehat dan terkendali, diantaranya adalah menjaga kesehatan kondisi saraf tepi dan melakukan pencegahan kerusakan saraf tepi.
Pengobatan dini atau pencegahan adalah hal yang penting dilakukan untuk mencegah kerusakan saraf yang irreversible, atau tidak bisa pulih seperti semula. Jika neuropati didiagnosis lebih awal, serabut saraf bisa melakukan regenerasi.
Dr. Manfaluthy menambahkan, "Mengingat pentingnya fungsi saraf tepi bagi tubuh, kesehatan saraf tepi perlu dijaga sejak dini sebelum terjadi kerusakan pada saraf."
Hal ini dapat dilakukan dengan menjalani gaya hidup yang sehat, melakukan deteksi awal neuropati, melakukan olahraga secara teratur, serta mencukupi asupan vitamin neurotropik (vitamin B1, B6, dan B12) supaya saraf dapat bekerja dengan baik.
Ketiga vitamin yang disebutkan ini bekerja dengan menormalkan fungsi saraf dan memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf. Mereka memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik dan terlibat dalam metabolisme energi sel, sehingga dapat dipakai untuk mengatasi kelelahan dan membantu dalam masa penyembuhan penyakit.
Beberapa waktu lalu, PERDOSSI menyelenggarakan gerakan kampanye melawan neuropati untuk menunjukkan sinergi dan ajakan bagi semua pihak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai gangguan saraf tepi.
"Selain edukasi langsung pada masyarakat, kami juga mengajak praktisi kesehatan untuk turut serta secara langsung dalam menyebarkan edukasi pentingnya mengenali dan mencegah terjadinya neuropati," ujar Prof. Hasan yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Jadi, ingat ya, agar saraf tepi terus berfungsi dengan baik, kenali faktor risiko dan gejala, lakukan pencegahan, serta pastikan Anda senantiasa mengonsumsi gizi seimbang dan, bila dibutuhkan, minumlah vitamin neurotropika.
Komentar