Mengapa Berjejaring itu Penting?
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa berdiri sendiri. Kita butuh orang lain, baik untuk kehidupan maupun kesuksesan karier. Di sinilah pentingnya jejaring.
Mari cek profil networking atau jejaring yang Anda miliki.
Coba periksa ponsel Anda. Berapa jumlah kontak yang Anda miliki terkait urusan karier atau bisnis? Apakah Anda punya akun di Linkedln? Berapa jumlah teman yang Anda miliki di platform tersebut?
"Di era digital seperti sekarang, membangun jejaring bukanlah hal sulit. Media sosial sudah sangat banyak," tandas Diana Rahmawati, M.Psi., Psikolog, dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
"Pengaruh sosial media sangat luar biasa dalam membangun jejaring. Komunikasi bisa lebih intens, lebih murah, dan informasi lebih mudah diakses," jelas Diana.
Bingung mulai dari mana? Diana menyarankan untuk mencoba membangun jejaring dari kesamaan minat. Ini dapat memperlancar relasi karena adanya kesamaan tema yang dibahas.
Jelas, dengan kemudahan yang ditawarkan era digital, tak ada lagi alasan untuk tidak membangun jejaring. Pertanyaannya adalah: Sudahkah kita menyadari manfaatnya?
Muhammad Rizal, M.Psi., dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, menegaskan bahwa berjejaring memiliki banyak manfaat, seperti kesempatan mengembangkan diri, mempermudah pertukaran informasi, dan membantu kita menemukan hal-hal baru.
Begitu pula Genoveva Amelia, M.Psi., Psikolog, dari Psycoach Cikini, yang memaparkan bahwa berjejaring memiliki sejumlah manfaat yang mungkin belum kita sadari sepenuhnya. Salah satunya adalah jika kita memiliki bisnis sampingan atau berwirausaha.
"Kita bisa menawarkan produk pada jejaring kita, karena orang akan lebih senang membeli sesuatu dari sosok yang mereka tahu ketimbang penjual yang tidak dikenal," papar psikolog yang akrab disapa Amelia ini
Berjejaring juga menawarkan manfaat meski kita hanya menjadi karyawan di suatu perusahaan. Memiliki network dapat menolong kita saat terjadi perampingan atau efisiensi. Atau, ketika perusahaan mengalami merger atau akuisisi.
Dengan jejaring yang kita miliki, akan lebih mudah bagi kita untuk menentukan langkah selanjutnya, entah berwirausaha atau mencari pekerjaan baru. Sebaliknya, tanpa networking, akan lebih sulit mencari peluang baru.
Menurut Amelia, membangun jejaring sesungguhnya sangat dekat dengan budaya Indonesia yang guyub.
"Saya melihat sistem jejaring sangat potensial di Indonesia yang memiliki budaya guyub. Jika bergabung di komunitas tertentu, kita mudah sekali berbagi, tak hanya soal karier atau hobi, tapi juga masalah keluarga atau anak," papar Amelia.
"Ada keterbukaan di masyarakat kita, baik di sosial media maupun di kehidupan nyata. Dari komunitas kecil pun biasanya lahir kegiatan-kegiatan lain, seperti arisan hingga seminar," jelas Amelia.
"Ini bisa menjadi modalitas penting untuk membentuk jejaring. Dari aktivitas seperti seminar atau lokakarya, kita akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama," lanjutnya.
"Memperbanyak pergaulan dan bertemu orang lain merupakan salah satu cara membangun jejaring," papar Rizal.
Karena itu, Rizal mengingatkan agar kita selalu meninggalkan kesan positif, sehingga orang akan membuka jejaringnya untuk kita. Ini karena networking terbentuk dari cara kita berhadapan dan membangun kesan positif dengan orang lain.
Rizal juga menekankan agar kita menghindari timbulnya kesan negatif mengenai diri kita, ketidakmampuan mempertahankan hubungan sosial, serta ketidakpercayaan orang pada kita karena menyia-nyiakan kesempatan.
Bagaimana menjaga performa jejaring agar tetap sehat?
Diana menyarankan agar kita saling menghargai perbedaan, sebab setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Selalu ambil sisi positif dari setiap orang dan tonjolkan kebersamaan yang dimiliki, bukan perbedaan.
"Jagalah hubungan yang baik dengan jejaring dan fokus pada tujuan kenapa jejaring ini dibuat, bukan malah menghabiskan waktu dan energi untuk membahas hal-hal remeh yang tidak penting," ujar Amelia.
"Untuk menjaga jejaring, tetaplah menjalin kontak. Kesediaan membagi jejaring kita dengan orang lain juga penting. Selain itu, pastikan jejaring kita berisi orang-orang yang bersikap positif sehingga mereka juga memberikan pengaruh positif pada kita," tegas Rizal.
Tentu, membangun jejaring memiliki tantangan tersendiri.
Umumnya, orang-orang dalam jejaring jarang bertemu atau tidak saling kenal dekat. Dalam hal ini, tantangannya adalah bagaimana membuat mereka berkontribusi maupun menjadi bagian dari jejaring ini.
"Misalnya, dengan sering berbagi ilmu. Sesibuk apa pun, luangkan waktu untuk bertemu dengan sesama komunitas yang diikuti dan terus berkontribusi walau sekadar berupa kehadiran di acara tertentu," tandas Amelia.
Faktor seperti keluarga, pengalaman, hingga karakter juga turut menentukan kesuksesan berjejaring. Penting untuk memiliki karakter yang terbuka, keluarga dengan pola asuh demokratis, serta kesamaan visi dan misi dengan tetangga dan lingkungan.
Rizal juga mengingatkan bahwa ketika kita hendak membangun relasi baru, jangan lupakan relasi lama. Jangan pula batasi diri dengan memilih relasi dari satu golongan tertentu.
"Pastikan bahwa Anda selalu menjaga kepercayaan, sebab jika kepercayaan hilang, maka akan berdampak buruk pada jejaring yang telah dibangun dengan susah payah.
Perusak Harmonisme
* Tidak fleksibel atau kaku dalam berinteraksi.
* Tidak mau terima masukan atau kritik.
" Tidak mau membuka diri.
* Fanatisme berlebihan.
* Memaksakan kehendak.
Kiat Sukses Jaga Jejaring
* Junjung tinggi tata krama.
* Gunakan kalimat positif untuk saling mendukung dan memotivasi.
* Bagikan ide-ide baru dengan teman di dalam jejaring.
* Terbukalah dengan masukan orang lain.
* Kendalikan emosi ketika harus menghadapi perbedaan antar teman.
* Tanamkan renggang rasa dalam segala situasi dan kondisi.
* Pahami karakter setiap individu yang sering berinteraksi dengan kita atau berada dalam jejaring kita.
Perempuan, Ayo Berjejaring
Studi terbaru yang diterbitkan oleh jurnal Human Relations mengungkap bahwa perempuan ternyata tidak berjejaring sebanyak pria karena sesuatu yang disebut bias implisit. Ini adalah keyakinan bawah sadar yang tertanam dalam pikiran dan memengaruhi tindakan kita. Keprihatinan moral yang dimiliki para perempuan ini menghalangi mereka dalam memanfaatkan relasi sosial untuk kehidupan profesional. Padahal, rekan pria mereka justru sebaliknya: lebih mementingkan jejaring ketimbang relasi personal. Temuan ini didapat para peneliti berdasarkan wawancara terhadap 37 pemimpin perempuan di sejumlah korporasi di Jerman.
Kenalan, Dong
Meski awalnya acara seperti networking event dapat membantu kita membangun jejaring baru yang penting bagi karier, studi yang dilakukan peneliti dari Columbia University terhadap 100 mahasiswa program MBA mendapati hal unik. Di dalam sebuah acara networking, 95 persen mahasiswa tersebut telah banyak mengobrol dengan orang yang sudah mereka kenal ketimbang dengan orang baru. Memang memperkenalkan diri ke sekelompok orang tak dikenal bisa sama menakutkan dengan berbicara di depan umum. Studi yang dilaporkan jurnal Organization Science mendapati bahwa kita cenderung mendekati orang yang sudah kita kenal ketimbang orang baru. Solusinya? Riset yang dilakukan oleh University of Minnesota menyarankan agar pengelola acara menyiapkan perkenalan yang sudah diatur sebelumnya (organized introduction). Menurut temuan mereka, individu yang menjalani perkenalan lebih dulu menambah relasi baru jauh lebih besar daripada yang tidak.
Komentar