Apa Pemicu Ketertarikan Perempuan Terhadap "Bad Boy"?


Julukan ini kerap dialamatkan pada sosok pria yang pemberontak dan sulit berkomitmen. Rupanya, pria seperti ini menyimpan daya tarik bagi kaum Hawa.

Konon, tak mudah bagi seorang bad boy untuk menjatuhkan pilihan pada seorang perempuan.

Karena itu, ada kebanggaan tersendiri manakala bisa menaklukkan hati seorang bad boy. Meski demikian, di balik kebanggaan tersebut, terselip sejumlah kekhawatiran. Ya, menjalani asmara dengan bad boy belum tentu seindah cerita novel atau film!

Menurut Genoveva Amelia, M.Psi., Psikolog, dari Psycoach Cikini, label bad boy umumnya ditujukan pada pria yang menyukai kebebasan, kerap bergonta-ganti pasangan, dan suka menantang diri sendiri.

"Ini berkaitan dengan ketidakpuasan yang dia rasakan terhadap keadaan, sehingga tidak ada yang bisa menghalanginya," jelas Genoveva. "Persepsi di masyarakat adalah bad boy cenderung bertingkah dan mengabaikan tanggung jawab." Mengapa bad boy bisa tampak begitu mempesona?

Menurut Liza Marielly Djaprie, M.Psi., CH, dari Sanatorium Dharmawangsa, ini karena secara psikologis manusia selalu mencari sesuatu yang baru dan tidak suka dengan kemonotonan, bahkan mereka yang introvert dan cenderung mencari yang stabil.

"Ada saatnya dia pun bosan. Oleh karena itu, para bad boy ini tampak menarik karena mereka bisa memberikan kejutan pada hidup seseorang," papar Liza.

Secara psikologis, bad boy bisa menjadi pemberi warna dalam hidup seseorang. Karakter perempuan yang dicari bad boy biasanya yang introvert dan cenderung kalem, meski tidak tertutup kemungkinan perempuan yang "ramai" juga terpikat pada bad boy.

Label bad boy bisa mengarah pada penampilan semata, atau menggambarkan karakter seseorang.

"Banyak pria berpenampilan urakan tapi berperilaku santun. Meski demikian, penampilan bisa merupakan cerminan karakter," kata Genoveva. "Ada juga pria berkeluarga yang suka tebar pesona, walau tidak ada maksud selingkuh."

Karena itu, perlu disadari oleh perempuan saat hendak berpasangan dengan bad boy, apakah dia sudah siap menerima berbagai konsekuensi yang muncul.

"Hidup bersama seorang bad boy bisa diibaratkan naik rollercoaster terus-menerus. Setiap saat selalu menegangkan. Inilah yang harus dipikirkan," Liza mengingatkan. "Cukup menantang berhubungan dengan bad boy."

Ada momen ketika bad boy ingin menjalani kehidupan normal. Pertanyaannya, apakah dia mau berubah atau tidak?

Ada beberapa pribadi bad boy yang menetap, ada pula yang berubah seiring bertambahnya usia. Ini sangat tergantung pada individu masing-masing dan seberapa besar kemampuannya mengendalikan diri.

"Yang dicari oleh bad boy adalah senang-senang. Padahal, dalam hidup ada yang namanya tanggung jawab," ujar Liza. "Dan untuk bisa menunjukkan tanggung jawab, ada beberapa kondisi yang perlu dipenuhi."

Pertama, minat. Kedua, pendekatan. Seorang bad boy biasanya tidak bisa langsung disuruh melakukan sesuatu. Kita harus mendekati mereka secara halus dan memakai gaya bicara yang tepat. Sayangnya, orangtua sering kali memperlakukan anak yang pemberontak dengan otoriter.

Kedua pakar ini mengingatkan hal penting yang perlu dipahami jika ingin menjalin hubungan dengan seorang bad boy.

"Tak ada salahnya mewaspadai potensi konflik. Salah satunya adalah jika bad boy kurang menyadari perannya sebagai suami dan ayah. Adalah tugas si istri untuk terus mengingatkan tanggung jawab dan peran tersebut," pesan Genoveva.

"Jangan lupa beri kepercayaan dan kesempatan untuk menjalankan peran tersebut. Misalnya, saat istri dinas ke luar kota, percayakan suami menjaga anak-anak," ujar Genoveva.

Genoveva menekankan agar perempuan yang jatuh hati pada bad boy tidak berharap terlalu besar, terutama membayangkan bahwa setelah menikah si bad boy akan berubah.

"Jika sudah menjadi bagian dari karakternya, akan sulit mengubah hal tersebut. Terimalah dia dengan segala kelebihan dan kekurangan," pesan Genoveva.

"Persiapkan diri Anda untuk sewaktu-waktu merasa kecewa. Terlebih jika si bad boy tampaknya tak bisa diharapkan untuk bertanggung jawab sebagai suami dan ayah yang baik," tegasnya.

Waspadai pula potensi selingkuh, karena bad boy yang menyukai kebebasan bisa jadi tidak punya itikad yang cukup kuat untuk menjalin komitmen.

Jika tak sanggup, lebih baik pertimbangkan lagi hubungan Anda, atau mundur teratur. Karena sejatinya ketika memutuskan untuk berpasangan, kedua pihak sama-sama harus dapat menerima pasangan apa adanya.

Pesan yang sama disampaikan oleh Liza. "Berikan space atau ruang kepada bad boy untuk berkreasi. Mereka tidak bisa dikekang. Mengekang bad boy sama saja seperti menggenggam pasir," tegasnya.

Saat ada masalah, cobalah untuk berkompromi, apalagi jika sudah memiliki anak. Teruslah ajak pasangan berdiskusi. Ego masing-masing harus dikurangi demi anak-anak, agar pasangan bisa bertemu di tengah.

"Kalau ternyata dalam rentang waktu 5-10 tahun masih tidak ada perubahan, silakan mulai berpikir apakah perjuangan ini perlu diteruskan atau tidak," tandas Liza.

Saat inilah pasangan mesti meninjau ulang, apakah hubungan mereka layak untuk dilanjutkan. Ini karena ada anak-anak yang juga punya kecenderungan meniru perilaku ayah mereka. Tentu, akan repot jika keluarga Anda lantas malah melahirkan generasi bad boy baru.

"Perlu diingat bahwa perempuan sebagai istri si bad boy juga punya hak untuk berkembang dan berhak untuk bahagia," tegas Liza.

"Tidak ada yang salah dengan menjalin hubungan bersama si bad boy, apalagi kalau memang sudah berjodoh. Kompromi-kompromi harus dilakukan, tapi toleransi juga ada batasnya," pesannya.

"Bagaimanapun, kalau pasangan tidak bahagia, apalagi jadi stres dan depresi gara-gara bad boy, dia akan kesulitan mengurus anak-anak dan membuat masalah bertambah rumit," pungkas Liza.


Daya Pikat "Bad Boy"

Apa pemicu ketertarikan perempuan terhadap bad boy? Hormon, ungkap penelitian yang dilaporkan di dalam Journal of Personality and Social Psychology.

Sebelumnya, studi telah menunjukkan bahwa menjelang masa ovulasi, perempuan lebih terpikat pada pria yang memiliki karakter pemberontak dan menyukai bahaya, seperti George Clooney atau James Bond.

Kini, studi tim peneliti dari The University of Texas at San Antonio mengukuhkan bahwa hormon turut menentukan keputusan perempuan dalam memilih pasangan untuk jangka panjang.

Dalam studi tersebut, para peneliti meminta sejumlah partisipan perempuan menilai profil para pria dalam sebuah fasilitas online dating. Penilaian ini dilakukan dua kali, yakni saat tingkat kesuburan partisipan sedang tinggi dan sedang rendah, yang didapatkan dari tes hormon.

Selain menilai daya tarik pria tersebut, partisipan diminta menilai potensi mereka di masa depan - apakah para pria itu tampaknya akan bertanggung jawab dan mau berpartisipasi dalam membesarkan anak dan mengurus rumah.

Hasilnya? Saat perempuan sedang mendekati ovulasi, mereka cenderung menganggap bahwa pria tipe bad boy akan berubah setelah menikah dan berkontribusi terhadap tugas rumah tangga. Dengan kata lain, saat berada di bawah pengaruh hormon, perempuan melihat bad boy sebagai kandidat kuat untuk suami dan ayah yang bertanggung jawab!

Komentar

Paling Banyak Dibaca 👶👦👧👨👩👴👵👷👮👸👳👲👱

Apa itu Olahraga Aqua Zumba dan Manfaatnya?

Tip-Tip Menjaga Kesehatan Tenggorokan

Wanita Juga Bisa Kena Kanker Prostat

Hidup Aktif Bisa Menurunkan Risiko Sakit Jantung