Pentingnya Menjadi Ibu yang Bahagia
Surga ada di telapak kaki ibu. Pepatah ini ada benarnya, mengingat peran ibu yang sentral dalam keluarga. Ibu yang menjalani tugasnya dengan gembira akan menularkan energi positif kepada seluruh anggota keluarga.
Selalu ada drama di pagi hari. Mulai dari rebutan kamar mandi, sarapan yang terburu-buru, topi sekolah yang entah ada dimana, dan ayah yang selalu kesulitan menemukan kacamata atau kunci mobil!
Kondisi tersebut lumrah dialami keluarga modern. Disinilah peran ibu sebagai "manajer" keluarga sangat dibutuhkan untuk memastikan agar semua kebutuhan anak-anak, suami, dan dirinya sendiri terpenuhi dengan baik.
Untuk mencapai itu, seorang ibu perlu modalitas penting, yaitu energi positif yang akan ditularkan pada keluarganya. Dan salah satu manifestasi dari energi positif itu adalah kegembiraan.
Benar, ibu yang bahagia akan menemukan harmonisasi dalam keluarga. Tidak hanya membuat hubungannya dengan suami semakin hangat, tetapi juga membantu anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan.
Namun, untuk menjadi ibu yang bahagia dan tanpa beban tampaknya semakin sulit di zaman sekarang. Apalagi, terdapat fenomena yang amat berbeda antara peran ibu beberapa tahun lalu dengan ibu modern masa kini.
Hal tersebut diungkapkan oleh DR. Endang Mariani Rahayu, M.Si., pengamat psikologi sosial dan budaya serta peneliti Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Menurut Endang, dari sisi ekonomi, kian banyak jumlah wanita yang bekerja, baik karena tuntutan ekonomi maupun wujud aktualisasi diri. Dari sisi psikologis, ada perubahan tuntutan dari waktu ke waktu yang dapat meningkatkan potensi stres, baik pada wanita bekerja maupun pada ibu rumah tangga.
"Penelitian menyebutkan bahwa tingkat stres warga di kota-kota besar, terutama kaum ibu, terus meningkat setiap tahun," ujar Endang. "Dari urusan domestik rumah tangga, tuntutan anak di sekolah, kehidupan sosial, jalanan macet, hingga masalah di kantor, menjadi beberapa penyebab para supermom mengalami stres"
Masalahnya, stres yang tidak terkelola dan tertangani dengan baik akan menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan mental pada sang ibu. Ini dapat membuat perasaan hingga mood ibu kian rusak dan tidak terkontrol. Padahal, seorang ibu menjadi ujung tombak di waktu pagi untuk keluarganya - terutama dalam menularkan energi positif agar anak dan suami merasa gembira dalam memulai hari.
"Bekal yang harus disiapkan bagi keluarga di pagi hari itu bukan hanya sarapan dan makanan sebagai bekal untuk di sekolah atau kantor, tetapi juga energi positif yang dipancarkan dari perasaan bahagia seorang ibu," tutur Endang.
Senada dengan Endang, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menegaskan bahwa ibu yang bahagia akan membuat keluarganya lebih bahagia.
"Orang-orang yang bahagia cenderung berusaha membuat orang di sekitarnya lebih bahagia lagi. Pada sosok ibu, usaha membuat lebih bahagia tersebut bisa berarti berusaha lebih melayani keluarganya, lebih sensitif pada kebutuhan anggota-anggota keluarganya, sehingga lebih tepat dalam memenuhi kebutuhan mereka," ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini.
Endang mengamini. Mood bahagia, menurutnya, sangat berpengaruh terhadap bagaimana seseorang menghadapi berbagai persoalan. Ia akan dapat lebih fokus dalam melhat big picture dan lebih kreatif, termasuk untuk memecahkan masalah. Selain itu, bahagia membuat seseorang memiliki daya tahan jika berada pada situasi menekan.
Endang menekankan, kesehatan mental yang baik terbangun dari bagaimana kita dapat menghadapi berbagai persoalan kehidupan dan mengelola stres yang kita hadapi, sehingga tidak meningkat menjadi kondisi depresi. Terlebih pada para ibu yang perannya sangat sentral dalam keluarga.
Berbagai penelitian psikologis membuktikan bahwa emosi dan perwujudan emosi mengandung energi yang dapat menular. Demikian pula dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
"Energi positif yang dipancarkan oleh kegembiraan dan kebahagiaan seorang ibu yang sejahtera secara mental dan psikologis memiliki dampak yang luar biasa bagi keluarganya, karena ibu adalah tokoh sentral dalam keluarga," tegasnya.
Itulah sebabnya, sangat tepat bila disebutkan bahwa kebahagiaan adalah bahan bakar kesuksesan. Bukan sebaliknya. Ketika kita positif, maka otak kita akan menjadi lebih terlibat. Kita pun akan menjadi lebih kreatif, termotivasi, energik, resilien, dan produktif dalam bekerja.
Hasil studi tentang pengaruh positif kebahagiaan terhadap berbagai aspek kehidupan telah dibuktikan oleh sejumlah penelitian di bidang psikologi, neurosains, manajemen dan organisasi di seluruh dunia.
"Seseorang yang bahagia dan memiliki cara pandang yang positif akan memperoleh pencapaian dan keberhasilan yang luar biasa, baik dalam dunia pekerjaan maupun dalam hidup, dan tentu saja menjadi lebih kreatif," tandas Endang.
Menurut Endang, diperlukan upaya dan intervensi khusus agar mood ibu tetap stabil dan bisa membangkitkan perasaan senang seluruh anggota keluarganya. Seperti melakukan kegiatan yang menyenangkan, mengasah kreatifitas, atau yang paling sederhana adalah menghirup wewangian, misalnya.
Secara umum, wanita cenderung memilih kegiatan seperti membaca, mendengarkan musik, dan menonton televisi untuk mengelola stres mereka. Apa pun itu, ibu harus mencari cara untuk memastikan dirinya bahagia.
"Sumber kebahagiaan setiap orang bisa berbeda, apa yang membuat satu orang sedih mungkin bisa membuat orang lain bahagia. Namun, ada beberapa hal yang biasa membuat ibu bahagia: anak tersenyum, anak sehat (apalagi setelah sakit), dan anggota-anggota keluarga terlihat saling mencintai (misalnya anak-anak bermain bersama atau hubungan ayah-anak terlihat mesra)," pungkas Nina.
Let's Be A Happy Mom!
Berikut saran Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, agar para ibu meraih kebahagiaan:
* Bersyukur pada apa pun yang dimiliki, jangan hanya mengkritisi apa yang tidak dimiliki.
* Melihat kondisi apa pun yang dihadapi sebagai kesempatan untuk berkembang menjadi orang lebih baik, bukan sebagai ketidakberuntungan atau hal buruk.
* Memulai dan mengakhiri hari dengan tersenyum kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
* Mendekatkan diri kepada Tuhan, melalui proses doa dan usaha untuk memenuhi perintah-Nya.
Komentar