Kecanduan Teknologi Di Jepang
Sebagai negara dengan kemajuan teknologi amat pesat, tak heran jika Jepang kewalahan saat anak muda mereka mengalami kecanduan internet.
Sumire adalah salah satunya. Remaja berusia 18 tahun ini selalu online, bahkan di kamar mandi. Dengan ponsel tak pernah lepas dari tangannya, ia selalu terhubung ke internet sejak pagi sampai malam.
"Saya merasa kesepian saat tidak online, seakan-akan saya terputus dari teman-teman saya," kata Sumire.
Apa yang dialami Sumire bukan hal aneh. Survei Digital Arts mengungkap anak SMA di Jepang menghabiskan rata-rata tujuh jam sehari bersama ponsel mereka, dengan nyaris 10 persen terkoneksi ke internet selama 15 jam sehari.
Ketika para peneliti di Shanghai Mental Health Center melakukan pemindaian otak anak muda yang mengalami kecanduan teknologi, mereka menemukan bahwa kondisi otak remaja tersebut mengakibatkan perubahan neurologis yang serupa dengan mereka yang mengalami ketergantungan alkohol dan kokain.
Pada survei pemerintah yang dilakukan tahun 2013 terhadapa 2.600 siswa SMA di Jepang, 60 persen menunjukkan tanda adiksi digital yang kuat. Karena itu, mereka memutuskan mengambil langkah penting.
Salah satunya dengan membuat kamp "puasa teknologi" untuk meneliti apa yang bisa dilakukan untuk membuat para remaja tersebut lepas dari gadget dan internet.
Menurut psikiater dan spesialis adiksi internet terkemuka, Takashi Sumioka, yang membuat "detoks digital", banyak pasien remaja datang padanya dalam kondisi nyaris tidak berfungsi tanpa ponsel atau tablet yang menghubungkan mereka ke dunia maya.
Sumioka menerapkan Cognitive Behaviouralisme Therapy untuk mengubah cara pandang remaja terhadap teknologi. Ia juga meminta pasiennya menulis jadwal sehari-hari untuk melihat seberapa besar mereka telah dikendalikan ponsel dan internet.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sembuh dari adiksi teknologi?
Enam bulan, kata Sumioka.
Komentar